Alisha menahan nafasnya. Ia mengusap baju seragamnya yang basah kuyup setelah mencuci tangannya tadi.
"Ternyata lo sebenci ini sama gue, Kania." Kata Alisha. Terlihat santai dengan suaranya yang dingin.
Kania menatap Alisha nyalang. Menyilangkan dua tangannya seraya menatap Alisha yang masih setia mengelap bajunya di pantulan cermin. Untungnya, toilet kali ini sepi. Hanya ada mereka berdua, dengan Kania yang sengaja membuat baju seragam Alisha basah.
"Ini belum apa-apa Alisha. Gue akan buat orang-orang tau kelemahan lo."
"Gaakan bisa. Gue bukan Alisha yang dulu lagi."
"Tapi gue akan selalu bisa. Apapun gue lakuin."
Alisha memilih tak menjawab. Tapi Kania seakan belum puas, ia berbicara lagi sampai Alisha mau menatapnya.
"Gue benci lo Alisha. Gue akan buat semua orang benci sama lo." Kania pergi. Meninggalkan Alisha yang tak bergeming di tempatnya.
Hingga suara seseorang menyadarkannya, Alisha buru-buru mengatur air mukanya agar terlihat biasa.
"Alishaa.. Kamu dimana?" Bu Cinta, guru itu mencari keberadaan Alisha di toilet khusus perempuan. Sampai ia menemukan dimana Alisha berada, rasanya kaget bukan main ketika melihat seragam Alisha yang basah.
"Yaampun Alisha kamu kenapa bisa sampe basah gini?" Layaknya perhatian orang tua pada anaknya. Bu Cinta sangat terlihat khawatir melihat keadaan Alisha.
"Gapapa bu, tadi ga sengaja ketumpahan air." Alisha berbohong. Sepertinya, Bu Cinta belum mengetahui keberadaan Kania di sekolah ini.
Mungkin kejadian kemarin yang mengejutkan, Bu Cinta belum mengetahuinya.
Bu Cinta menghela nafasnya. "Masa ketumpahan air sebadan-badan sih."
Alisha hanya tersenyum. Membiarkan guru itu mengusap sisa-sisa air di bajunya dengan menggunakan sapu tangan kecil.
"Kamu tunggu sini ya. Ibu beliin seragam di koperasi dulu." Bu Cinta berniat pergi. Tapi pergerakannya tertahan oleh Alisha.
"Gausah bu, nanti Alisha beli sendiri." Kata Alisha tak enak.
"Gapapa Alisha. Nanti kamu masuk angin karena kedinginan."
Alisha hanya menunduk setelah Bu Cinta pergi. Ia meremas ujung rok nya. Bagaimana pun ia menyangkal isi kepalanya. Semua pasti akan terjadi lagi.
***
Suatu sore setelah pulang sekolah. Dengan seragam Alisha yang sudah diganti dengan yang baru. Alisha tidak menyangkan bahwa ia akan menemukan lagi kalimat kebencian itu di setiap sudut sekolah, apalagi kali ini bukan hanya tatapan aneh dan tak suka, Alisha bisa mendengar bisikan-bisikan orang sekolah tentangnya.
Ia melihat tulisan kebencian itu tertempel di dekatnya. Tapi tak berniat untuk ia buang. Alisha membiarkannya.
Alisha yang jarang diketahui orang sekolah. Alisha yang hanya dikenal karena prestasinya, itupun tidak semua orang tau. Kini menjadi perbincangan satu angakatannya. Bahkan tak jarang, adik kelas pun ada banyak yang menatap tak suka kearahnya.
'Oh itu yang namanya Alisha.'
'Dia kok bisa disebut penjahat si. Emang dia ngapain?'
'Ga nyangka gue orangnya kalem-kalem ternyata jahat.'
'Yang kalem kan yang menghanyutkan.'
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA
Teen FictionKita, hanyalah remaja yang seharusnya menikmati hari dengan tawa. Kita, diciptakan untuk memulai, bukan mengakhiri. Kita, adalah sebagian dari makhluk bumi yang mengharapkan kedamaian dari apa yang sudah terjadi. Sekuat apapun melawan, goresan lu...