51. Sagita Devi

278 29 7
                                    

Saung Giring berlari cepat menembus kelebatan hutan di depannya. Jago bergelar si Golok Maut ini dalam perjalanan kembali ke lereng Gunung Gede setelah melaksanakan tugasnya menyelidiki pergerakan jago-jago silat Tatar Pasundan yang mencurigakan.

Ditunjang ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi tubuh jago golok ini bergerak sangat cepat. kakinya hampir tidak menyentuh tanah saking cepatnya Saung Giring Berlari. Saat ini Saung Giring berada di sekitar Hutan bernama Pasir Leutik, sehari perjalanan untuk bisa mencapai Gunung Gede. Mendadak perasaannya mengatakan ada hal aneh di sekitarnya, kalau tidak bisa dikatakan bahaya. Tiba-tiba ia hentikan larinya. Perhatian dan telinganya dipusatkan ke sekitar untuk mendeteksi keberadaan orang lain. Suasana sangat sunyi tidak terdengar suara lain, termasuk binatang hutan.

Dengan penuh waspada Saung Giring melompat naik ke atas sebuah pohon besar. Hanya dalam dua lompatan Saung Giring sudah mendekam di atas pohon tertinggi, tersembunyi oleh kerimbunan daun-daun pohon. Sekilas tadi telinganya mendengar langkah-langkah kaki halus dari arah depannya menuju ke arahnya. Diperkirakan lebih dari satu orang. Saung Giring diam tidak bergerak memperhatikan ke bawah pohon.

Benar saja, tidak lama kemudian muncul tiga orang laki-laki yang datang berlari menuju ke arah pohon tempatnya bersembunyi. Dari gerakan dan langkah dipastikan ketiganya merupakan ahli-ahli silat berkemampuan tidak rendah. Mengenakan pakaian ringkas warna hitam, dan dipinggang mereka membekal masing-masing senjata tajam berbeda. Saat itu ketiganya tiba-tiba menghentikan langkah, tepat dibawah pohon dimana Saung Giring bersembunyi.

"KIta istirahat dahulu sebentar disini."Salah satu dari mereka yang usianya lebih tua terdengar berkata. Dua orang kawan lainnya mengangguk setuju. Ketiganya kemudian duduk di akar pohon yang teduh.

"Kakang! Menurutmu pertemuan kali ini akan membicarakan tentang apa? Belum pernah Iblis Mata Api meminta semua jago silat yang tidak memihak golongan manapun untuk mengadakan pertemuan."Laki-laki bertubuh tinggi tegap membekal parang berkeluk ajukan pertanyaan pada kawannya yang lebih tua. Laki-laki setengah baya itu sesaat seonjorkan kakinya sebelum menjawab. Beberapa lama termenung seperti berfikir.

"Tidak ada yang tahu secara jelas apa yang diinginkan Iblis Mata Api."Ucapnya setelah sekian lama," Tapi menurut perkiraanku dari kabar diantara beberapa orang sahabat, Iblis Mata Api mungkin akan membahas sikaf kita tentang Kelompok Topeng Tengkorak Putih yang semakin lama semakin merajalela. Entah apa yang terjadi tapi kelihatannya Iblis Mata Api yang biasanya tidak pernah mau mengurusi urusan rimba persilatan sepertinya berubah pikiran dan akan mengajak kita memerangi manusia-manusia bertopeng itu."

"Kalau benar itu masalah yang akan dibicarakan dalam pertemuan, mungkin kita tidak perlu ikut pertemuan. Bukankah orang-orang golongan putih juga sedang berkumpul menyusun gerakan untuk melawan Kelompok Topeng Tengkorak?! Aku tidak sudi berkumpul atau bekerja sama dengan orang-orang munafik itu." Laki-laki lain terdengar berkata dengan suara keras dan malah meludah.

"Adi Marga! Bukan hanya kau yang berfikir demikian, masih banyak yang berfikiran sama denganmu. Tapi masalah ini belum pasti dan juga aku yakin si Iblis Mata Api memiliki alasan lain dengan mengadakan pertemuan ini. Kalau bukan demikian tidak mungkin tokoh sekelas Iblis Mata Api berbuat tanpa pemikiran matang."Kata laki-laki setengah baya dengan ucapan tenang memandangi orang yang dipanggilnya Marga itu.

"Aku sendiri tidak terlalu tertarik dengan pertemuan ini. Aku ikut hanya karena aku ingin bertemu dengan Iblis Mata Api dan menanyakan satu hal penting padanya. Apakah nanti kita benar-benar diajak memerangi Kelompok Topeng Tengkorak Putih, kita bisa saja mengabaikannya."

"Kakang Dursa, bukankah kau ingin bertanya tentang Dewi Merak Iblis, perempuan culas yang sudah menipumu itu?"Tanya kawannya dengan nada yakin. Dursa anggukkan kepalanya.

Geger ParahiyanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang