52. Sepasang Setan Jahil Muncul Lagi

278 21 6
                                    


Dua orang ini sesaat lamanya tidak ada yang bicara. Seperti ada kecanggungan yang aneh diantara mereka. Tapi akhirnya Tirta bisa memecah kesunyian.

"Nona Sagita, sepertinya usul kakek bermata merah tadi itu cukup baik. Kau bisa ikut ke tempat para jawara di gunung Gede. Disana kita bisa minta bantuan para jago untuk mencari keterangan tentang kakakmu. Bagaimana menurutmu?"Tanya Tirta pada gadis ini.

Setelah berpikir beberapa saat akhirnya si gadis Tibet ini anggukkan kepala."Tapi aku akan merepotkamu saja."

"Tidak merepotkan. Mari kita berangkat sekarang." Ajak Tirta sambil berbalik siap melangkah. Tapi didenganya Sagita Devi berucap menahan gerakannya.

"Tunggu, Kakang Tirta." 

Pemuda ini kembali berbalik ke arah Sagita Devi yang terlihat sedang tersenyum geli."Apa kau akan berangkat dengan bertelanjang dada begitu?" Lalu gadis ini angsurkan sesuatu ditangannya yang tenyata baju biru Tirta.

"Astaga."Tirta tersentak karena baru sadar bahwa sejak tadi dirinya tidak mengenakan baju atasan yang tadi dibukanya untuk menutupi tubuh telanjang Sagita Devi.

"Mengapa kau tidak memberitahu sejak tadi." Keluh Tirta sambil buru-buru menerima bajunya itu dan segera mengenakannya kembali. Sambil tersenyum menahan tawa tapi juga segera palingkan wajahnya, Sagita Devi menyahut.

"Aku sendiri baru menyadarinya barusan. Tapi kau, mengapa baru ingat sekarang?"

"Mana bisa memikirkan tentang baju segala. Saat itu aku lebih tertuju pada Si Sandaka keparat itu." Tirta menghentikan ucapannya ketika teringat bahwa laki-laki bernama Sandaka itu ternyata mewarisi ilmu Tapak Neraka yang merupakan ilmu curian dari kitab sakti milik gurunya, Ki Brahma. Sesaat lamanya Tirta termenung.

Sagita memandangi Tirta dengan heran. Gadis ini tidak tahu apa yang ada dibenak pemuda ini."Apa yang sedang kau pikirkan?"

Tirta balas memandangi gadis Tibet ini kemudian sambil mengusap ujung hidungnya menjawab."Aku jadi ingat sesuatu. Tadi sewaktu berhadapan dengan si Ketua Agung Sandaka dia sempat hendak mengeluarkan satu ilmu yang mengeluarkan hawa sangat panas berbau sangit terbakar. Menurut keterangan salah seorang guruku, ilmu itu disebut Ilmu Tapak Neraka. Siapapun yang menguasai ilmu ini akan memiliki kesaktian sangat tinggi bersumber pada kekuatan hawa panas. Penguasa ilmu Tapak Neraka akan susah dicari tandingannya. Dan memang sewaktu Sandaka mulai mengerahkan hawa saktinya, udara sekitar terasa sangat panas. Ilmu ini adalah ilmu dari sebuah kitab yang dicuri seseorang puluhan tahun lalu dari kediaman guruku."

"Sungguh celaka! Ketahuilah kakang, aku sendiri sudah merasakan kehebatan ilmu tersebut sebelum ditangkap olehnya. Aku dibuat tidak berdaya dengan ilmunya yang mengeluarkan hawa panas itu. Padahal aku sudah menggunakan ilmu andalanku paling hebat." UCap Sagita Devi dengan nada penuh rasa penasaran.

"Aku belum pernah berhadapan dengan Ketua Agung sebelumnya. Baru tadi saja aku merasakan kehebatannya serta melihat ilmu Tapak Neraka yang belum sempat dia gunakan menyerangku. Jadi aku sendiri tidak punya jawaban."

"Tapi kau memang sangat hebat, Kakang Tirta. Selama ini kau ternyata berpura-pura lemah dan menutupi kepandaianmu didepanku."

Tirta tertawa dan usap hidung tiga kali. Sambi melirik ke arah Sagita Devi pemuda ini kemudian berkata menjelaskan.

"Aku tidak pernah berniat untuk berpura-pura atau berbohong padamu, Nona Sagita. Aku dulu memang lemah. Apa kau ingat sewaktu kau dan gadis China itu membantuku merobohkan para kawanan begal di hutan dulu?" Sagita Devi anggukkan kepala.

"Iyah, tentu saja aku ingat. Waktu itu kau mengaku sebagai pemburu pengelana."Jawab Sagita Devi sambil tersenyum geli membayangkan pertemuannya dengan Tirta untuk pertama kali. Tirta ikut tersenyum lebar.

Geger ParahiyanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang