30. Dimualainya Perang Gerilya

312 22 10
                                    

Di lereng Timur Gunung Salak, di tanah yang lebih rata berdiri belasan bangunan gubuk bambu yang jelas baru dibangun. Inilah tempat berkumpulnya para tokoh jawara yang akan mengadakan pertemuan besar antara orang-orang rimba persilatan golongan putih dalam usaha mereka menghadapi sepak terjang kelompok Topeng Tengkorak Putih. Sejak sepekan belakangan ini sudah banyak jago yang sudah datang berkumpul di tempat itu. Walaupun masih banyak tokoh lain yang belum tiba.

Di dalam sebuah bilik Si Pengemis Buta Mata Dewa duduk bersila rangkapkan tangan. Kakek ini sudah sejak semalam dalam keadaan semedhi penuh kakhusukan. Saat itu hari memasuki dini hari. Di luar gubuk bambu yang jelas kelihatan baru di bangun ini Ki Sugiri atau si Kujang Emas duduk sendirian sambil menghisap rokok. Sebelumnya diriya mendapat tugas dari paman gurunya itu untuk berjaga jangan sampai ada orang yang mengganggu semedhinya. Laki-laki setengah baya ini tidak beranjak dari tempatnya duduk hingga. Saat itulah si kakek Pengemis Mata Dewa buka sepasang matanya yang putih polos.

Ki Sugiri yang masih duduk asik dengan rokok klobotnya tersentak ketika mendengar panggilan paman gurunya dari dalam gubuk. Dengan gerakan gesit Ki Sugiri memasuki gubuk dan menghampiri gurunya di dalam bilik. Kakek tua itu duduk bersila tapi sepasang mata butanya terarah ke arah Ki Sugiri.

"Paman guru, ada petunjuk apakah yang kau dapatkan?" begitu berhadapan Ki Sugiri langsung ajukan pertanyaan.

"Sugiri, segera kau panggil Tua Gila dan yang lain untuk datang kesini. Ada hal penting yang ingin kusampaikan!"Bukannnya menjawab, si Pegemis Mata Dewa malah keluarkan ucapan memerintah ponakannya ini.

Walau heran tapi Sugiri segera keluar dari gubuk tersebut. Memang beberapa orang tokoh jago Tatar Pasundan saat itu sudah berada di Gunung Salak. Ki Winangun atau Tua Gila Berambut Perak, Ki Antasena, Nyi Minasih, Sawung Giring, dan beberapa tokoh yang hadir saat itu berjumlah enam orang datang memenuhi panggilan si Pengemis Buta Mata Dewa. Semuanya berkumpul di dalam gubuk menunggu penjelasan kakek jago meramal tersebut

Begitu para tokoh berkumpul setelah menghela napas panjang kakek pengemis buta ini terdengar berucap." Aku melihat awan hitam, banjir darah dan tumpukkan mayat. Semua akan terjadi di rimba Tatar Pasundan dalam waktu yang tidak lama lagi."

Semua orang terdiam beberapa lama demi mendengar jawaban si kakek. Hingga kemudian terdengar lagi ucapan Pengemis Mata Dewa melanjutkan ucapan.

"Kemunculan Kelompok Topeng Tengkorak rupanya hanyalah awal dari sebuah kekacauan yang bakal terjadi di rimba Pasundan ini. Tapi puncak dari semua kekacauan baru akan terjadi dengan munculnya orang di balik semua sepak terjang orang-orang bertopeng ini. Tapi aku belum mendapat petunjuk siapa orang ini. Tapi masih ada sedikit harapan bagi kita karena menurut petunjuk gaib akan muncul tokoh yang akan membantu kita dengan memberikan petunjuk untuk menghadapi orang-orang Topeng Tengkorak."

"Mata Dewa, siapakah orang ini?"Ki Winangun terdengar ajukan pertanyaan.

"Masih samar-samar. Aku sendiri tidak bisa memastikan. Tapi suatu hari dia akan datang sendiri mengunjungi kita, entah kapan."

"Adakah hal lain yang bisa kau berikan sebagai petunjuk?"Tanya Ki Antasena. Kakek Mata Dewa terdiam sesaat lalu gelengkan kepala.

"Saat ini kita akan terus melanjutkan usaha dan mempersiapkan segala sesuatunya menurut rencana awal sambil menunggu petunjuk lainnya. Mudah-mudahan saja ...." Si kakek tidak meneruskan ucapannya. Matanya kembali terpejam.

Semua orang saling pandang satu sama lain tapi tidak keluarkan ucapan maupun bertanya. Tiba-tiba si Pengemis Mata Dewa ajukan pertanyaan.

"Apakah Nyi Ayu Kinasih sudah berada diantara kita?"

"Sampai saat ini dia belum tiba. Terakhir kami berpisah dia bersama beberapa orang kawan menuju gunung Tangkuban Parahu. Mungkin dalam satu dua hari akan segera tiba disini." Yang menjawab adalah Sawung Giring si Golok Maut.

Geger ParahiyanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang