7; vibe

536 82 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku benar-benar mengikuti anak laki-laki tadi, dengan diam-diam tentu saja, karena aku baru ke taman belakang sekolah dan tidak memperhatikan jalan saat tadi datang karena pikiran dan hatiku sedang kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku benar-benar mengikuti anak laki-laki tadi, dengan diam-diam tentu saja, karena aku baru ke taman belakang sekolah dan tidak memperhatikan jalan saat tadi datang karena pikiran dan hatiku sedang kesal.

Dan untungnya lagi, dia melewati kelasku, aku jadi tidak perlu bingung untuk bertanya kepada siapa.

Pintu kelasku sudah kelihatan, dan tepat disamping pintu, Jungwon sedang berdiri menyenderkan tubuhnya pada dinding, dengan menekuk satu kakinya, lalu satu tangannya dimasukan ke dalam saku.

Kalau ada orang dari agensi, pasti dia langsung di-casting untuk jadi idol. Bahkan dengan posisinya sekarang, dia bisa melakukan pemotretan. Haha.

Aku mendekat, dia mungkin khawatir dan penasaran dengan kejadian aku tiba-tiba ditarik pergi oleh seseorang yang asing. Bagiku, dan mungkin juga sama asingnya baginya.

Ketika aku mendekat dan dia menyadari keberadaanku, dia segera berdiri tegak. Mengambil kedua tanganku menatapku lalu bertanya.

"Kamu ngga kenapa-kenapa?"

Sudah kuduga itu pertanyaannya.

"Ngga apa-apa, memangnya harus kenapa?" Tanyaku balik.

"Kamu harus cerita semuanya."

"Iya, tapi ngga mungkin sekarang kan?"

"Sekarang lah!"

Aku menatapnya, kenapa rasa ingin tahunya harus sebesar itu.

"Jangan bohong, atau setahun kedepan ngga akan turun hujan!"

Aku tertawa mendengar ancamannya.

"Memangnya kamu siapa? Cuaca harus nurutin kemauan kamu?"

"Sudah, jangan coba mengalihkan topik."

Aku diam, dia masih memegang kedua tanganku, aku dan dia mungkin sedang menjadi tontonan karena saling pegangan tangan di pintu kelas. Berhubung aku tidak suka menjadi tontonan, aku melepas pelan tangannya dari tanganku.

Menunjuk bangku kosong, aku mengajaknya kesana. "Duduk dulu, biar kuceritakan semuanya sesuai mau kamu."

Dia hanya mengangguk, lalu bersama-sama berjalan menuju bangku yang kutunjuk.

You're Missing [Re-upload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang