Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apa kamu suka membaca dongeng?
Kalau aku, aku tidak terlaku suka, hanya saja waktu kecil, ayah pernah menceritakan satu dongeng untukku sebelum tidur.
Putri Cinderella.
Seorang putri yang kehilangan ayahnya karena ibu tiri, lalu hidupnya menjadi penuh kemalangan. Tapi anehnya, Cinderella tidak menjadi jahat. Dia tetap menjadi baik, bahkan ketika dia tidak dijinkan untuk ikut pergi ke pesta istana.
Padahal, setelah kepergian ayahnya, bahkan sebelum itu, keluarga tirinya melakukannya dengan semena-mena, tidak dihargai, dianggap seperti pelayan. Tapi dari cerita ayah, dia tetap sabar, tidak mengeluh.
Lalu ketika dia tidak bisa pergi ke istana, ibu peri membantunya. Sepertinya kalian tahu cerita ini bukan? Cerita dengan akhir "mereka berdua hidup bahagia selama-lamanya."
Apa jika aku menginginkan kalimat klise yang satu ini, aku harus semenderita dan semalang Cinderella? Apa aku harus memaklumi semua orang yang nantinya akan melukaiku? Apa aku harus seperti itu supaya ibu peri datang dan membantuku bertemu pangeran?
Aku menghela napas pelan memikirkannya, Seoul hari ini cukup terik karena sudah memasuki musim panas. Sekarang tidak ada lagi baju setebal sepuluh centi untuk menghalau dingin, sekarang orang-orang bebas mengenakan pakaian sesuka mereka.
Pikiran kekanak-kanakanku yang tiba-tiba saja muncul tenggelam karena kehadiran Park Sunghoon beberapa meter dari tempatku berdiri, dia tidak sendirian, disampingnya ada Lim Eunsoo yang terlihat cantik dan fashionable, aku jadi minder melihatnya.
"Annyeong Gaeul-a!" Eunsoo menyapaku.
"Eoh, annyeong Eunsoo-ya!" Aku tersenyum, sedikit melirik ke arah Sunghoon yang memilih melihat ke arah lain dan diam saja.
"Aku ikut kalian berdua ya, di rumah mulu bosen, kebetulan kalian mau main."
Padahal tadinya, Sunghoon mengajakku jalan-jalan di Minggu siang, dan itu adalah hari ini. Dia tidak bilang akan mengajak Eunsoo.
Aku hanya mengangguk-angguk mendengarnya.
"Mianhae, aku tidak mengganggu kalian kan?"
Tiba-tiba saja Sunghoon menyentil jidat Eunsoo pelan, membuat gadis cantik itu mengaduh, lalu memelototi sang pelaku.
"Ganggu aja," Sunghoon berkata pelan.
"Kenapa sih? Oh, atau jangan-jangan kalian pacaran yaaa?" tanyanya selidik.
Refleks, aku melihat bagaimana raut wajah Sunghoon, tidak tertera apa-apa disana.
Tanpa ada yang menjawab, Sunghoon mendorong punggung Eunsoo membuatnya berjalan dengan terpaksa karena dorongan.
Suaranya sangat ceria, aku hanya tertawa melihat Eunsoo yang terus saja dipaksa berjalan oleh Sunghoon.
«««««»»»»»
Aku berada di tribun lapangan es, dengan dua eskrim di tanganku, sudah hampir meleleh.
Sedangkan mereka berdua, berada di jarak sekitar dua puluh meter dari tempat dudukku sedang main skating bersama.
Mereka terlihat serasi, aku seperti sedang melihat drama di televisi, kalau benar maka pasti judulnya "kisah pangeran dan putri es."
Karena sungguh melihat mereka beratraksi di atas es sangat indah.
Kalau boleh jujur, sebenarnya aku iri. Kenapa tidak aku saja yang di sana? Tapi, disini bukan hanya aku yang mau senang.
Es krimnya sempurna meleleh di tanganku, jadi akhirnya aku membuang keduanya ke tong sampah, laku pergi ke toilet untuk mencuci tangan.
Di toilet, aku memperhatikan diriku sendiri di cermin. Beberapa hari yang laku, aku resmi punya status menjadi pacar Park Sunghoon, pangeran sekolah.
Dan hari ini, bukannya merasa menjadi putri, aku justru merasa menjadi upik abu. Bukan apa-apa, hanya saja ketika melihat mereka berdua bersama di atas es, rasa percaya diriku tiba-tiba habis ditelan angin.
Aku teringat atraksi mereka berdua. Mereka meluncur dengan cepat di atas es bersama-sama lalu Sunghoon memeluk Eunsoo dari belakang, mereka saling menggenggam tangan. Lalu mulai memiringkan badan hampir menyentuh gelanggang es.
Mereka berdua tidak jatuh, setelah hampir menyentuh gelanggang, sedikit-sedikit mereka kembali berdiri tegak. Lalu sama seperti dansa yang biasanya, Sunghoon memutar tubuh Eunsoo dengan cepat, setelah berhenti berputar, mereka tertawa bersama-sama dan menyelesaikan atraksinya.
Wajar tidak sih kalau aku cemburu? Aku tahu mereka teman, tapi rasanya aneh. Sekarang, aku tahu bagaimana perasaan Wonyoung ketika melihatku bersama Jungwon. Haha, ternyata karma benar adanya.
Cukup lama aku di toilet hanya untuk melamun, aku akhirnya keluar dari sana, menuju ke tempat dudukku tadi.
Dan ternyata, mereka berdua sudah selesai. Sekarang mereka sedang duduk dan melepaskan sepatu mereka masing-masing.
Eunsoo memberikan satu botol air untuk Sunghoon, yang ternyata dia meminta tolong untuk membuka tutupnya.
Aku teringat kata-kata tokoh drama yang kemarin baru saja selesai tayang, semakin kesini, aku semakin sering melihat drama, bahkan sudah hampir tidak pernah melihat Pororo, di drama itu, tokoh utama laki-lakinya bilang.
"Tidak ada pertemanan yang tulus antara perempuan dan laki-laki, salah satunya pasti mempunyai rasa."
Benarkah itu?
Sepertinya memang benar, karena aku juga pernah merasakan hal itu kepada Jungwon, yang sekarang entah perasaan itu masih ada atau tidak.
Jadi, apa diantara mereka ada hal seperti itu juga?