Egois itu apa? Apa ketika seorang manusia mendahulukan kesenangannya sendiri dibanding kesenangan orang lain itu termasuk egois? Lalu, kalau aku selalu mendahulukan kesenangan orang, aku senangnya kapan?
Aku sekarang sedang duduk di coffe shop yang cukup terkenal di Seoul, terbukti dari banyaknya orang di sekitarku. Bukan, aku tidak sedang mengopi, aku sebenarnya malahan tidak suka kopi, aku di sini sedang memperhatikan seseorang yang sedang sangat fokus mencatat pesanan di depan komputer. Pantas saja kebanyakan pengunjung adalah perempuan, pekerjanya saja setampan itu. Hehe.
"Gaeul!"
Jungwon memanggilku dari balik meja pesanan yang berjarak sekitar 5 meter dariku. Iya, aku sejak tadi memperhatikan dia. Aku mendekat, ingin tahu kenapa dia memanggilku.
"Kenapa?"
"Ngga papa, kamu ngga bosan? Maaf ya, hari minggu malah kamu hanya menemaniku kerja."
Aku tersenyum, dia menunduk dengan raut muka sedih. Aku tertawa, rasanya senang saja melihat raut mukanya, menggemaskan.
"Ngga apa-apa. Aku senang melihat kamu kuwalahan menghadapi pelanggan perempuan yang minta nomor kamu."
"Sebentar lagi shift giliranku selesai, habis itu kita jalan-jalan?"
"Iya, aku tunggu di depan ya."
Setelah melihat Jungwon mengangguk, sesuai ucapanku, aku pergi ke depan, duduk di salah satu kursi yang sudah tersedia, lalu membuka ponselku untuk sekedar mengecek.
Karena Jungwon sedang di dalam, mau aku ceritakan sedikit tentangnya? Cerita yang belum sempat kuceritakan kemarin. Tentang se-berharga apakah Yang Jungwon di kehidupan Kim Gaeul. Aku menggantungkan banyak hal dihidupku padanya, sebagian duniaku hanya berisi dia. Sekaligus hatiku yang entah dari kapan sudah menjadi miliknya. Tapi aku tahu, Jungwon menyayangiku tanpa mencintaiku. Rasa sayang dan rasa cinta berbeda. Rasa cinta sudah pasti punya rasa sayang, tapi rasa sayang belum tentu punya rasa cinta.
"Kim Gaeul?" Mendengarnya, aku menoleh, menatapnya yang kini juga sedang menatapku.
"Lagi memikirkan apa?"
Dia bertanya dan duduk di sebelahku. Memberiku segelas cokelat panas karena tahu aku tidak meminum kopi. Entah dari mana dia mendapatkan cokelat panas ketika dirinya keluar dari coffe shop.
"Bukan apa-apa." Aku menjawabnya singkat.
Aku dan Jungwon sama-sama diam. Dia dengan kopinya dan aku dengan cokelat panasku. Aku mengeluarkan sebuah pertanyaan.
"Kamu ngga jalan-jalan sama pacar kamu?"
"Dia sekarang pasti lagi les matematika."
Aku terdiam lalu bersuara lagi.
"Wonyoung cantik ya?"
"Kamu juga cantik."
"Dia baik lagi."
"Kamu juga ngga kalah baik."
Lihat kan? Perempuan mana yang tidak menaruh hati ketika dia dengan tenangnya menjawab kalimatku seperti itu? Dia memang sedang tidak menatapku. Dia melihat lurus ke arah depan dan membuatku bisa sebebas ini melihatnya dari samping. Tapi tetap saja, kenapa dia bisa sebebas itu mengeluarkan kalimat pada seorang perempuan?
Atau akunya saja yang terlalu banyak membawa perasaan? Ah, sudahlah.
Dia berdiri, lalu mengulurkan tangannya seolah meminta sesuatu dariku.
"Apa?"
"Minta tanganmu, mau kugenggam."
Aku terdiam. "Harus banget? Biar apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Missing [Re-upload]
Fiksi PenggemarMenghilang atau kehilangan, menyakiti atau disakiti, kamu pilih yang mana?