26; crying

330 50 7
                                    

[edisi mager buat media]

«««»»»

Happy reading, dear <3

Mungkin kalian sudah menebaknya, seseorang yang berdiri di depanku ketika aku sedang menangis.

Iya, benar. Dia Park Sunghoon.

Mungkin aku sudah menangis sekitar satu jam di Bandara, dia juga diam saja, tidak memintaku untuk berhenti menangis. Dia hanya tetap berdiri disana, menemaniku.

Sampai aku tenang dan lelah sendiri, dia baru membawaku pergi. Ketika dia membawaku pergi, aku tidak mau tahu dan tidak peduli dia mau membawaku kemana, aku hanya mengikutinya sambil terus melamun.

Dan sekarang kami disini, di sebuah taman berisi lumayan banyak anak-anak juga orang tua mereka, ada banyak permainan khas anak-anak disini. Jungkat-jungkit, dan ayunan yang sedang aku naiki, ada banyak jenis permainan yang lain, tapi aku lupa namanya.

Dia hanya berdiri di sampingku, menyenderkan bahunya di tiang ayunan sambil bersedekap tangan.

Dari tadi dia juga masih diam, sebenarnya aku punya satu pertanyaan. Kenapa dia tahu aku ada di Bandara? Apa mungkin dia juga sedang mengantar seseorang?

"Masih sedih?"

"Menurut kamu." Entah kenapa aku jadi sedikit sensitif, apalagi ditambah kondisi mataku yang panas serta hidungku yang gatal, efek terlalu lama menangis.

"Lebay amat sih, nanti juga dia bakal pulang."

Mendengar kalimatnya aku segera menatapnya dengan mata melebar, enak saja dia bilang seperti itu.

"Kok gitu sih ngomongnya!?"

"Lah, bener kan yang gue bilang? Ngga mungkin dia stay disana sampai bertahun-tahun kan?"

Mungkin, dia memang benar. Jadi, apa yang sedang jadi alasanku menangis? Aku menangis karena tahu aku akan berada jauh, sangat jauh dari sisinya. Aku membutuhkannya, jadi ini terlalu berat buatku.

Sebuah perasaan yang sangat rumit untuk aku jelaskan. Aku harap kalian paham poin pentingnya.

"Kalau kamu cuma mau buat aku kesal mending pergi aja deh."

Dia tidak menjawab dengan perkataan, melainkan langsung pergi begitu saja. Apa dia benar-benar pergi hanya karena aku memintanya?

Benar sih dia masih sedikit menyebalkan, kadang-kadang. Tapi aku juga masih butuh teman.

Melihatnya berjalan menjauh aku terdiam, kenapa aku bisa mengatakan itu? Jadinya aku ditinggal sendirian kan.

Aku meninju angin, melampiaskan amarahku walau akhirnya aku hanya jadi tontonan anak kecil karena bersikap aneh. Bahkan ada seorang ibu yang menutup mata anaknya.

Hei, anda kira saya gila?

Mungkin saja, mungkin aku dalam tahap menuju gila yang sesungguhnya.

Aku kembali bersikap normal, diam sambil mengayunkan ayunan pelan dengan menggarukan sepatuku ke tanah di bawah.

Sampai sensasi dingin menjalar dipipiku, refleks aku memundurkan wajah dan berulangkali mengusap bekas dingin itu.

Mencari tahu siapa pelakunya, ternyata Sunghoon, dengan dua bungkus es krim mintchoco di tangannya. Salah satunya dia ulurkan kepadaku, yang tentu saja disambut dengan senang olehku.

Ternyata dia tidak pergi.

Dia ikut duduk di ayunan sebelah, aku mulai memakan es krim yang dia beri, rasa favoritku. Melihatnya yang juga memakan es krim dengan rasa yang sama, aku jadi teringat sesuatu.

You're Missing [Re-upload]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang