Dewa bukanlah seseorang yang banyak bicara sebenarnya, Aleco sadar akan hal itu.
Dari pandangan teman sekelas mereka, Dewantara adalah anak laki-laki yang ramah dan humoris.
Dirinya seorang gentleman yang peka terhadap sekitar dan gesit dalam penalarannya, dengan intelek tinggi dan nilai harian sempurna.
Semua itu, belum ditambah wajah blasteran cemerlang tanpa nodanya dan proporsi tubuhnya yang ideal.
Ia pacar ideal yang akan sangat didambakan orang tua sebagai calon menantu.
Sayangnya menurut pendengarannya dari beberapa percakapan gadis di kelas mereka ketika Aleco berpura-pura tidur, mereka beranggapan Dewantara tidak akan seru dipacari.
Dewantara terlalu 'bersih', anak baik-baik. Bukan 'Bad Boy' yang akan menjungkirbalikkan hidupmu dengan segala tingkah lakunya.
Ia lebih enak dijadikan idola yang dipandang dari jauh saja, dan dikagumi bagai pangeran tidak tercapai.
Berbanding terbalik dari Pangestu Hanang Winesa yang bisa membuatmu merasakan pahit manisnya masa muda dengan segala tingkahnya sebagai anak nakal.
Persepsi yang salah, tapi Aleco sangat menyetujui keputusan mereka untuk menjauhi Dewa dalam masalah hubungan yang seperti itu jika mereka tidak ingin menyesal.
He isn't a bad boy, per se. It's just that he's a really, really bad guy and a worse case as a person and as a human.
"Lo... nge-spam Aldy?"
"Yep."
"Nggak di-block?"
"Nope."
Dan ini adalah salahsatu buktinya.
"Bisa gue tanya kenapa lo lakuin ini? Dan kenapa Aldy nggak nge-block lo?"
Menyeringai, Dewa melepas pandangannya dari layar Zefone miliknya yang menampakkan layar chat-nya dengan Aldy.
"Because she's interesting, and because I can be very persuasive." Ucapnya tenang, menekankan intonasinya di kata 'very'.
Dahi Aleco berkerut, "Tapi gue yakin lo di-silent?"
Dewa mendengus, "Iyalah."
Aleco menahan helaan nafas leganya, menyimpannya untuk nanti saat Dewa tidak lagi berada dengannya.
Kerut di dahi Aleco kembali ketika ia mengulang kalimat Dewantara lagi.
"She's interesting?"
Dewa berdehem, menganggukinya.
"Dia terlalu dewasa untuk umurnya. Gue berasa ngomong sama seumuran gue. Extra points for her intellect too."
Uh... enggak. Salah.
Itu maksudnya Dewantara merasa ia bicara dengan yang sepantarannya, karena jujur saja tidak ada anak seumuran mereka lainnya yang memiliki format berpikir macam dirinya.
Aleco saja kadang masih ngeri dengan Dewa, padahal mereka baru kenal satu sama lain kurang dari tiga bulan.
"Jadi lo cuma penasaran sama dia?"
Dewa menggidik bahu. "Awalnya cuma latar belakang dia – because Damian, of course. Pada akhirnya gue ngerti kenapa Damian, of all people, bisa ngasih dia pengakuan yang nggak pernah bisa didapetin orang lain gitu aja. A cute kid, that one."
Menanggapi ini, Aleco hanya bisa tersenyum kecut.
Pernyataan Damian 'memberi pengakuan' pada Aldy sebenarnya sangat – sangat – meremehkan afeksi kakak kelasnya itu pada juniornya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Teen FictionFirst Book from the 'Arcanum' Trilogy, Apriori. . Siegfried International Academy bukan sekolah sembarangan, kata orang lain. Isinya hanya para kaum elit, isinya hanya para jenius dengan latar belakang yang bukan main-main. Di mata kaum awam, yang m...