Click,
Click,
"Aldy!"
Click.
Jari telunjuk itu berhenti ketika pemiliknya mendengar namanya dipanggil di tengah ramainya lantai dasar Royal Hall Nusantara yang diisi siswa Siegfried. Mereka bernyanyi bersama mengikuti Fiersa dengan lagu Garis Terdepan yang diputar keras di audio.
Ajaib ia bisa dengar, lebih ajaib lagi bahwa Fathan mau mengeraskan suaranya sampai sedemikian rupa agar bisa didengar.
Manik langka warna ambar itu beralih dari jendela bidik kamera yang dipegangnya, melirik ke arah temannya yang tengah berjalan ke arahnya sambil tersenyum.
Fathan melambai dengan senyuman sopan khas 'anak baik-baik'nya, dan Aldy hanya menatapnya datar dari tempatnya berdiri.
Asli pengen gue tonjok.
Fathan berhenti setengah meter di depannya, dengan ekspresi yang sama persis dan sebuah kekehan kecil.
"Jangan tonjok gue?"
Suaranya tidak kedengaran, samar diantara suara lautan manusia yang berdesakan bersama. Aldy hanya membaca gerak mulut Fathan, dan ia sepertinya tau itu karena sengaja memperlambat ucapannya.
Ah. As expected.
Aldy menegakkan tubuhnya yang tadinya membungkuk, tangannya masih memegangi kameranya.
Tak ada respon vokal, Aldy hanya memiringkan kepalanya sebagai pertanyaan.
Fathan mengangguk berterima kasih karena sudah diberi kesempatan untuk paling tidak berbicara.
Ia lalu menunjuk ke arah belakang panggung dengan ibu jari tangan kanannya, sebuah gerakan yang kalau divokalkan berarti Ikut gue bentar?
Aldy tidak berkomentar. Ia mengangguk, dan mereka berhenti di area backstage kedap suara – tempat banyak Sie Acara dan anak-anak logistik sedang sibuk mondar-mandir.
"Bokap gue nyariin lo. Lagi di lounge tamu lantai dasar sama tamu undangan yang lain."
Aldy mengangkat alis, Fathan hanya menggidik.
"Show you off, I guess? Yah, tamu undangan kali ini lengkap. Lo tau yang nggak dateng cuma empat orang, mereka ngirim perwakilan yang jabatannya nggak main-main juga. Bokap gue mau ...pamer?" Fathan sendiri kelihatan geli saat mengatakan ini, Aldy hanya berdehem pelan.
"I mean, lo satu-satunya siswa yang officially 'dianggep' Kak Damian. Mereka tau nama lo, mereka nggak tau lo siapa maupun yang mana. Intinya 'sih, Bokap gue kayaknya palingan mau main-main sama yang lain."
...Memang 'sih ya, sifat Fathan sepertinya lebih menurun dari sisi ayahnya daripada ibunya. Antonio Wilhelm hanya ingin mempermainkan yang lain dengan rasa waspada yang tak diperlukan.
Aldy bisa menolak, tentu saja. Tuan Wilhelm tak akan pernah memaksanya datang untuk hal sepele macam itu. Ini hanya sebuah ajakan.
Skenario seperti ini sering terjadi pada Aldy. Tak bisa dihitung entah berapa kali ia menolak karena malas.
Tapi tahun ini, Siegfried akan butuh banyak sekali artileri tambahan.
Damian Zhegraive sudah lulus, dan di divisi SMA sampai sekarang setahu Aldy belum ada yang lain yang mencolok selain beberapa orang yang bisa dihitung jari.
Jadi...
"Gue sendiri?"
Dan Fathan terdiam, memandangi Aldy mengerjap dengan agak terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Teen FictionFirst Book from the 'Arcanum' Trilogy, Apriori. . Siegfried International Academy bukan sekolah sembarangan, kata orang lain. Isinya hanya para kaum elit, isinya hanya para jenius dengan latar belakang yang bukan main-main. Di mata kaum awam, yang m...