20 √ Sisi Lain

206 36 3
                                    

Aldy sedang marah.

Sangat, sangat marah.

Kesal, jengkel, geram, marah.

Dan Fathan kalau bisa ingin ambil cuti seminggu dengan alasan mainstream 'acara keluarga' agar bisa jauh dari Aldy yang sedang marah – atau paling tidak menghindar sejauh mungkin.

Tapi Aldy berada di kamarnya, berbaring di kasurnya, menatap datar langit-langit putih kamar asrama Fathan.

Ia bahkan tak melirik ke arah Fathan yang membeku di ambang pintu, dengan pintu yang disebutkan masih setengah terbuka.

Fathan melirik jam dinding kamarnya – 11.23 P.M. Mau Dzuhur. Aldy mengapa ada di kamarnya siang-siang begini?

Ia baru saja pulang dari menjenguk ke sekretariat MPK yang sedang chaos totalitas setelah informasi internal mengenai kegiatan Duta Sekolah bocor di forum, berniat akan mandi sejenak dan mengganti pakaiannya lalu meladeni Eleanor yang sudah dari Kamis merengek minta ditemani ke Mall.

"...Kenapa kali ini, Dy?"

Pandangan Fathan mengedar ke jendela yang terbuka – Aldy memanjat.

Tidak terlalu mengejutkan, Aldy sering melakukan ini. Tapi biasanya ia akan memberitahu dulu via chat jika ia akan datang.

Tidak tiba-tiba.

Yang artinya Aldy mematikan handphone miliknya – ia tidak akan turun tangan masalah terbebernya informasi dalam rancangan proposal Duta Sekolah ke publik.

Fathan mengasihani makhluk manapun itu yang akan dilaknat Kak Ara nantinya di sidang hari Senin nanti.

Kali ini manik ambar Aldy beralih padanya, memperhatikan Fathan sekilas sebelum wajah teflonnya itu kembali lurus ke atas.

"Lo mau pergi?"

Fathan mengerjap, mencerna kalimatnya sejenak lalu mendengus.

Ia melepas jaket yang dipakainya, melemparnya asal ke punggung kursi belajarnya sebelum merebahkan diri di kursi itu.

"Dan lo mau ngajak gue sparring?"

Aldy mengangguk, Fathan menghela nafasnya.

Renaldya tidak akan puas dengan target mati bila suasana hatinya sedang seburuk ini.

Ia biasanya akan mengajak Putra yang sabuk hitam Karate, Gibran yang mahir Muay-Thai diajari kakaknya, Sevanya yang kenal Systema sejak dini, atau Fathan sendiri karena bisa Krav Maga.

Putra tinggal di villa keluarganya, Gibran sedang dipanggil pulang oleh ayahnya, dan Sevanna ada di Selandia Baru sana.

Fathan sedang tidak mood babak belur.

"Nggak bisa Dy," jarang-jarang Fathan bisa menolaknya, jarang juga Fathan mau menolaknya; Aldy agak kasar pada dirinya sendiri kalau memang sudah suram begini, ia sering khawatir untuk Aldy. "Gue mau nemenin Eleanor sama yang lain jalan-jalan."

Fathan memandangi Aldy yang masih tak berespons, bertaruh pada dirinya sendiri Aldy akan menghilang begitu saja seharian ini seperti ditelan bumi jika Fathan meninggalkan ruangan ini tanpa melanjutkan kalimatnya.

Dan Kelas A akan panik – Terutama sahabat-sahabat perempuan Aldy.

"Lo mau ikut nggak?" ia akhirnya menawari, "Leah juga udah ngajak lo 'kan kemaren? Tapi lo bilang lo ada kegiatan hari ini."

Basket libur untuk hari ini, jatah libur dua minggu sekali mereka.

Keorganisasian memang dilanda masalah, namun kejadiannya barusan.

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang