24 √ Tidak Suka

270 33 3
                                    

Ada tiga peraturan utama di Keluarga Volkov.

Peraturan pertama, semua perintah Pakhan Volkov itu hukum—kalau kau tak bisa mematuhinya, nyawamu yang akan jadi taruhannya.

Peraturan kedua, anggota Keluarga Volkov tidak patuh pada siapapun selain sang Pakhan sendiri.

Peraturan ketiga, yang kuat yang berada di puncak—terkam atau diterkam. Jika kau lemah, maka kau hanya bisa menyalahka dirimu sendiri karena kelemahanmu dan hanya bisa menahan mulut jika diinjak-injak oleh yang lebih kuat.

Sevanna Catherine Volkova—Anya—adalah putri bungsu Pakhan Ivan Volkov, gadis yang lahir di tengah-tengah para predator buas di belantara dunia malam Kota Moscow.

Bocah gila yang kabur dari Institut Le Rosey di Swiss ke Indonesia seminggu setelah ulangan tengah semester.

Sudah tidak tahan, katanya. Sudah muak dan tidak mau tinggal di sana. Membosankan, menjengkelkan, tidak seru—aku gadis itu, protes bertubi-tubi yang tidak jua didengarkan kakak maupun ayahnya.

Sekarang, Anya tengah duduk manis di bangku sebuah jet pribadi mewah yang baru saja melakukan proses pendaratan. Acara 'kabur'nya berhasil, dibantu salahsatu teman kakaknya yang juga merupakan satu dari sekian orang-orang favorit Anya.

"I've landed." Si cantik berwajah tirus itu berucap ke gawai di tangannya, panggilannya tersambung secara internasional ke Massachussets, Amerika Serikat. Jemari dari tangannya yang tidak sedang memegangi alat elektronik menyentuh kaca jendela pesawat di sampingnya.

"I can see that," Jawaban yang disertai sebuah kekeh geli, Anya hanya tersenyum simpul. Dia tidak masalah jadi bahan kesenangan orang ini asalkan keinginannya juga terkabul. Simbiosis mutualisme, bisa dibilang. "You've landed in Indonesia. What now?"

"Now," gadis itu mengangguki seorang pramugara yang datang kepadanya ketika pesawatnya berhenti total di hanggar pribadi Keluarga Zhegraive, mengesampingkan selimut di pahanya agar bisa berdiri dan bersiap untuk turun. Ia mengenakan kembali mantel coklat yang tadinya ia letakkan asal di kursi penumpang lain yang tidak jauh dari tempatnya duduk. "You tell my brother and father that I'm here, and tell them that they'll forever be in my block list if my enrollment to Siegfried isn't done by the end of this month."

"Oh?" Damian Zhegraive berdeham pelan, Anya bisa membayangkan senyum bertaring sang 'kaisar' yang menyeramkan itu.

Gadis itu belum selesai di situ saja. "Also, do me a favor and tell them that I'm going to enter your family registry if they're blackmailing me to go back to Switzerland again."

Anya serius. Dia akan langsung minta dimasukkan ke kartu keluarga sahabat dekat kakaknya itu kalau Ivan atau Dmitry memaksanya kembali ke Le Rosey. Ia tidak mau, sudah muak dirinya di sana. Awalnya ia memang mengerti, tapi tidak ada keharusan baginya untuk tinggal di sana setelah masalah si penghianat selesai.

"And you think I'll let you?" Nada suara Damian berucap seakan pria itu tidak percaya dengan kelancangan Anya, namun Anya tau ini adalah hal yang dibuat-buat.

"You'll do it the second I ask you." Balas gadis berambut sebahu itu acuh, menuruni tangga pesawat jet menuju karpet merah yang sudah menunggunya di tanah—suara bising mesin pesawat tidak mengganggunya, gadis itu langsung saja berjalan ke arah Rolls Royce Phantom yang sudah disiapkan untuk menjemput dirinya.

Damian mungkin mendengar suaranya dari sana, karena ia tidak buka suara lagi sebelum Anya menutup pintu mobil.

"How presumptious." Perkataanya begitu, tapi ia mengucapkannya dengan canda. "Say 'hi' to Aria for me. And tell her to unblock me."

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang