1 √ Di Balik Jendela Bidik

1K 79 1
                                    

Fotografi itu unik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fotografi itu unik.

Tiap jepretan foto mengandung cerita yang berbeda walau sekilas merupakan skenario yang sama.

Beda sudut pandang, hasilnya beda pula. Padahal berasal dari jendela bidik yang sama dan niat yang mengambil foto pun sama.

Itu renungan singkat Aldy saat memulai tugas fotografinya di acara pembukaan tahun ajaran baru yang diselenggarakan sekolahnya.

Gadis berambut pendek itu memainkan sebuah Canon 200D yang talinya melingkari lehernya di tangan kanannya, kedua lengan bawahnya menumpu berat tubuh bagian atasnya di pagar yang menjadi pembatas lantai tiga gedung raksasa yang terisi penuh manusia itu.

Ia menatap malas ke arah Kepala Sekolah divisi SMA yang menjadi perwakilan staff sekolah untuk sambutan pembukaan.

Kakinya sudah agak kaku dari tadi pukul tujuh pagi sampai sekarang mendekati pukul sepuluh kerjaannya hanya mondar-mandir di gedung berkapasitas enam ribu orang itu sekadar untuk mendokumentasi lewat foto.

Ia mendengus ketika pidatonya diperpanjang dengan repetisi tak berguna.

"Bukannya harusnya lo yang sambutan habis ini?"

Aldy hanya melirik rekan tugas dokumentasinya yang memandanginya heran dengan kedua lengannya terlipat di depan dada. Kamera sekolah yang identik dengan kamera yang tengah dipegang Aldy menggantung di lehernya.

Sebuah gidikan bahu, kembali netra keemasannya berpendar ke arah panggung.

Pidato selesai, para siswa dan tamu undangan tepuk tangan, Master of Ceremony yang merupakan panitia dari OSIS divisi SMA langsung mengambil alih lagi.

Kevin terkekeh geli mendapat reaksi tipikal salah satu teman dekatnya itu. Ia juga kembali memerhatikan panggung dan deret tamu VIP yang terletak tepat di depannya.

Ia bersiul pelan, yang suaranya agak diredam suara massa.

"Lo nyogok Fathan pakai apa sampai dia mau ngegantiin lo?"

Lagi-lagi Aldy meliriknya, sebelum tatapnya mengikuti arah pengelihatan Kevin.

Salah satu teman mereka, Fathan Alviano Wahyudi, tengah duduk diantara para tamu VIP dengan seragam khususnya rapi dan lengkap.

Senyum tampan di wajah mudanya mempesona, khas sekali wajah ramahnya yang Aldy dan Kevin tau dibuat-buat itu.

Ia berdehem pelan, dan kali ini Aldy menjawab.

"Lucunya, kali ini dia ngeiyain gitu aja. Gue tetep kasih kompensasi, tapi."

Salah satu alis Kevin naik, kembali memperhatikan deret tamu VIP dan mengabsen satu per satu orang-orang berpengaruh yang menyempatkan diri untuk datang.

"Tamunya lengkap, toh?" ia berucap tak lama kemudan, "Yaudah sih, palingan juga manipulasi opini publik buat bokapnya kayak biasa."

Mendengar ini Aldy hanya mengangguk pelan sambil berdehem singkat. Persepsi dia makin tajem.

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang