This Chapter will be
dedicated to Shafa.
Congrats for winning on your
provincial debate contest, Hades....And Thoriq, I guess.
Because I finished this on his Birthday...And Jordan.
Because this is Fathan Alviano Wahyudi's first ever point of view, and I'm letting him read it beta for his birthday.Yes. I based some of the characters with my real-life friends.
*
Setelah nyaris sebulan liburan sekolah tak bertemu Aldy sama sekali ditambah masa skorsingnya satu minggu, Fathan nyaris lupa bagaimana gilanya seorang Renaldya jika dituntut masalah tugas.
"Vee, mintain laporan keuangan yayasan dari Kak Vano sekarang."
Ia juga nyaris lupa kalau Aldy tengah masuk mode rampage, dia juga yang susah.
"Tapi tadi–"
"Kubik Kak Vano sama meja Kak Ridwan nggak jauh."
"...Fine."
"Sekalian lo minta surat-surat keterangan yang dipegang Kak Revan."
"Gibran 'kan–"
"Keluar. Gue minta tolong dia komunikasi sama divisi SD."
Tsk.
Fathan menghela nafas, merapikan tumpukan kertas yang tengah dipeganginya sebelum meletakkannya dan berdiri dari kursinya.
Tumpukan itu ia bawa, dan Fathan berjalan cepat ke pintu keluar di depan ruang kelas yang pada saat itu hanya berisi mereka berdua karena yang lainnya sedang menikmati jam istirahat kedua mereka.
Sebenarnya, dirinya pun tau bahwa ini hanya balas dendamnya pada Fathan karena pada akhirnya ia ketahuan.
Yah, paling tidak ia bukan Gibran yang mau tak mau harus bolak-balik ke divisi SD yang tempatnya berseberangan dari bangunan kelas mereka hanya untuk mengumpulkan dokumen mengenai MPLS kemarin.
"Oh iya, Vion!" Aldy kembali memanggilnya ketika ia berada di ambang pintu.
Fathan hanya menghela nafas, mengambil satu langkah ke belakang dan menoleh ke tempat Aldy tengah berkutik dengan laptopnya. Apalagi ini?
"Panggilin adek mentoring gue di kelas sebelah sekalian, bilang bawa tugas yang kemaren gue kasih."
Sikes.
Itu menyindirnya yang belum menentukan jam mentoring lanjutan?
Dasar nenek lampir. Sekali lempar batu langsung headshot sepuluh burung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Teen FictionFirst Book from the 'Arcanum' Trilogy, Apriori. . Siegfried International Academy bukan sekolah sembarangan, kata orang lain. Isinya hanya para kaum elit, isinya hanya para jenius dengan latar belakang yang bukan main-main. Di mata kaum awam, yang m...