Aldy tidak suka keramaian.
Itu merupakan suatu pengetahuan yang lazim berada diantara siswa-siswi Siegfried Academy.
Alasan ia jarang keluar sekolah, jarang ikut kegiatan sekolah bahkan yang diberi embel-embel 'wajib'. Aldy tidak menyukai berada di tengah kerumunan, dimana lapang pribadinya jadi sempit dan area bergeraknya minim.
Ia tidak suka suara berisik selain gaduhnya suara supporter di pinggir lapangan basket, ia tak menyukai berada dalam sorot utama pandangan publik.
Namun Damian sudah tak disini untuk mengambil alih segala perhatian kalangan umum darinya, dan Fathan tidak bisa selalu ia lempar jadi spotlight. Aldy harus bisa berdiri sendiri.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Aldy keluar daerah Siegfried sendirian – dan ia tidak begitu menyukainya.
Pakaian perginya rata-rata worn for comfort dengan alasan Aldy benci menggunakan yang baginya ribet, jadi yang ia kenakan kali ini tak lebih dari kaos Led Zeppelin hitam yang ia lapisi kemeja kotak-kotak warna merah gelap dengan lengan yang dilipat, sepasang celana hitam kain, dan sepasang sepatu Nike warna biru gelap.
Dewantara Arjuna Prasetya
Aldy? [19.32]
(Read)Dewantara Arjuna Prasetya
Starbucks yg radiusnya
paling deket sama sekolah,
10AM besok? [19.35]
(Read)
Aldy hanya memandangi layar handphone-nya, kembali mengkonfirmasi waktu yang disebutkan manusia brengsek satu itu dan mengecek jam di sudut atas sebelum keluar dari aplikasi dan mematikan layarnya.
9.53 A.M
Kembali memperbaiki letak tas selempang di bahu kanannya, gadis itu mendorong pintu kaca di hadapannya.
Handphone-nya bergetar.
Aldy hanya menyalakan, tidak membuka password-nya.
Dewantara Arjuna Prasetya
Kanan, pojok. Sebelah kaca. [09.54]
(Read)
Zhefone milik Aldy kembali dimatikan layarnya, dan gadis itu melirik ke arah yang diberikan Dewa.
Ia hanya mengenakan celana jeans panjang dan sweatshirt A Bathing Ape abu-abu gelap.
Makhluk laknat itu tengah tersenyum ke arahnya, melambai dengan tangan kirinya dan memegangi sebuah – ugh, iPhone. Dengan case hitam matte.
Sekali lagi? Ugh.
Renaldya mendengus. Ia pernah melihat Dewantara memegang sebuah Zhefone warna biru navy, jadi Aldy yakin ia hanya menggunakan iPhone untuk memancing reaksi dari Aldy.
Tanpa berbelok ke kasir – walaupun ia sedang sangat membutuhkan kafein – Aldy langsung menuju ke meja dua kursi yang diduduki Dewa.
Tak basa-basi Aldy mengambil tempat di hadapan Dewa, langsung merogoh tas dan mengeluarkan map berisi proposal hasil revisi Dewa yang walaupun tak sudi harus Aldy akui sempurna.
Ia meletakkan map itu di atas meja, langsung mendorongnya ke arah Dewa.
"Mau lo apa."
Lebih cepat ia menyelesaikan ini dengannya, maka lebih cepat pula Aldy bisa bebas dari lilitan ular berbisa satu ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Novela JuvenilFirst Book from the 'Arcanum' Trilogy, Apriori. . Siegfried International Academy bukan sekolah sembarangan, kata orang lain. Isinya hanya para kaum elit, isinya hanya para jenius dengan latar belakang yang bukan main-main. Di mata kaum awam, yang m...