Ada beberapa hal dari sepupu tertua seorang Lutharfi Martadinegara Ardin yang juga dimiliki olehnya.
Salahsatunya adalah kenyataan bahwa Luthfi sebenarnya merupakan seseorang yang terlalu kompeten, namun kompetensinya ini sangat bergantung kepada ketertarikannya terhadap hal yang sedang ia kerjakan.
Perbedaan utama di antara mereka berdua adalah bagaimana Luthfi itu orangnya tidak ambis—tidak suka membebankan dirinya sendiri dengan tanggung jawab.
Namun, itu tidak berarti ia tidak punya beban sama sekali.
"Luthfi?" Tatap dibalik kacamata Luthfi melirik ke Fathan yang duduk di baris depannya.
"What's on your mind?" Fathan bertanya lagi sambil mengerutkan dahi dengan raut penuh tanya. 'Is something wrong?' adalah kalimat tersirat yang menyusul pertanyaan vokalnya.
Luthfi mengangkat bahu, "A lot of things."
Pandangannya kemudian menyapu ke seisi kelas, sebagian besar bangku sudah kosong, menyisakan beberapa orang saja. Sebentar lagi istirahat kedua, kelas mereka keluar duluan karena agenda pelajaran IPS hari ini hanya menyelesaikan presentasi minggu lalu.
Di radius terdekat Luthfi hanya ada Fathan seorang, di atas mejanya sebuah buku tulis yang masih terbuka—menampakkan catatan Fathan yang berwarna-warni.
Catatan ajaib, kata teman-teman sekelas Luthfi yang lain. Catatan paling lengkap di kelas mereka, paling terstruktur dan paling aesthetic.
Fathan bisa dibilang manusia paling rajin di kelas mereka.
"Tolong izinin gue nanti pas Citizenship." Ujar Luthfi sambil berdiri dan menutup buku paket di atas mejanya. Ia meraih ke jasnya yang ia senderkan di kursinya dan memakainya sambil ia jalan ke pintu keluar kelas.
Fathan tampak ragu, namun mengangguk dan tidak bertanya. Luthfi sering punya 'urusan'nya sendiri, melakukan sesuatu atas perintah namun dengan caranya sendiri.
Luthfi adalah Valen bagi Aldy, orang yang mengurus kerja kotor birokrasi mereka. Orang yang tau kebenaran dari segala hal yang diburamkan oleh Aldy, termasuk permainan di balik layar mengenai Reksarawa Dhanukarna Haling.
Benar. Dia tau semuanya.
Dia tau segala hal yang disetujui dan ditolak Damian di balik layar, tau tiap-tiap pergerakan semua faksi di Siegfried, tau tiap-tiap individu yang menginjakkan kaki di Siegfried.
Luthfi lebih dari mampu untuk mengurus Reksarawa dan membuangnya ke pasar gelap Moscow, sayangnya Damian sudah memperingatkannya duluan bahwa Reksarawa adalah urusan Valentina Chen.
Pemuda itu tidak begitu peduli, yang jelas pada akhirnya orang itu hengkang dari hadapannya. Toh, kenyataan bahwa Luthfi tidak pernah memperkenalkan diri pada Reksa dan kenyataan bahwa Reksa tidak pernah sekali pun menyadari keberadaan Luthfi pada akhirnya mematenkan posisi Reksa sebagai 'bukan siapa-siapa'.
*
Luthfi mengaduk-aduk es teh pesanannya, sekali-kali menyeruput sedikit dari sedotan besi miliknya. Ia tengah duduk sendirian di tempat yang biasanya digunakan sirkel 'famous' divisi SMA, mengabaikan beberapa anggota sirkel bersangkutan yang berlalu-lalang dari tadi—perhatian mereka ke meja yang tengah digunakan Luthfi namun tidak satupun dari mereka berani mendekati Luthfi.
Memang benar kata-kata Fathan dulu, simbolisme Kelas Unggulan adalah deterrence paling berguna di lingkungan Siegfried.
"Lutharfi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Novela JuvenilFirst Book from the 'Arcanum' Trilogy, Apriori. . Siegfried International Academy bukan sekolah sembarangan, kata orang lain. Isinya hanya para kaum elit, isinya hanya para jenius dengan latar belakang yang bukan main-main. Di mata kaum awam, yang m...