11 √ Deuteragonis

310 42 7
                                    

Istirahat pertama Kelas A seperti biasa dihabiskan penghuni kelas untuk bersantai di Lounge luas yang disediakan dengan pintu sambungan ke ruangan kelas mereka.

Ada yang menyempatkan diri mengerjakan PR mata pelajaran selanjutnya last minute, ada yang tengah mengisi dapur dan duduk-duduk di area kursi bar, ada juga yang tengah bermain game di laptop pribadi maupun di komputer yang disediakan sekolah - yang biasanya dijadikan rebutan.

Ada juga yang hanya duduk-duduk sambil berbincang dengan satu sama lain - mengghibah - di area sofa.

Ada juga yang hanya duduk-duduk sambil berbincang dengan satu sama lain - mengghibah - di area sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"- I mean, Aldy seenaknya sendiri! Gue serius deh, itu anak ngeselin banget!"

Karin melewati lima belas menit itu sambil menikmati yoghurt rasa strawberry miliknya sembari mendengarkan deret cerewetan Eleanor yang mempermasalahkan raibnya kawan bersama mereka dari kepanitiaan PLS dua hari yang lalu.

"Dia udah janji mau bantu, padahal Aldy 'kan paling nggak suka ingkar janji!"

Lo sama Gibran yang salah sih, Lee. Anak ansos lo paksain jadi L.O.

Karin tahu betul watak sahabat dekatnya yang sudah delapan tahun berturut sekelas dengannya itu - Aldy memang paling benci perihal ingkar janji, tapi gadis keras kepala itu akan persetan dengan segala sesuatu kalau kau memaksanya berinteraksi di masyarakat. Renaldya akan memilih untuk cabut begitu saja tanpa konteks.

"Ya itu salah lo sendiri, menurut gue." lontar Reza yang sedari tadi walau turut mendengarkan sibuk sendiri dengan game Tekken di Playsation Vita miliknya, "Udah enak-enak anaknya mau jalanin dokpub, lo malah maksa masukin ke L.O."

Yep. Exactly. Karin tak kaget Reza mengerti, karena Reza sudah kenal Aldy bahkan sebelum mereka masuk SD.

Ia dan Fathan yang sudah duluan kenal sang Ratu Es karena perihal latar belakang mereka, dan Karin memaklumi Fathan yang membantu Aldy dengan tak membocorkan lokasi Aldy pada Gibran dan Eleanor.

Lah, kalau begitu bagaimana Karin tahu?

Karena Karin tahu. Titik.

"Itu konsekuensi dia," balas Eleanor tidak terima, menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Padahal cuma fotografi, tapi habis ishoma hari kedua selesai ngilang entah kemana."

Reza memutar bola matanya, perhatiannya masih sepenuhnya pada game di tangannya. "You know kalau masalah anak basket yang kemaren itu bener-bener bikin dia naik pitam."

Ia mem-pause game-nya hanya untuk memberi Eleanor pandangan tidak setuju - yang merupakan sebuah aksi langka. Reza tidak mem-pause game miliknya, bahkan Aldy sudah lama menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa yang namanya Reza jika sudah memegang konsol atau memulai game tidak akan mau menghentikannya sebelum dia bosan atau sudah puas bermain.

"Dan kalau kita ngomongin soal konsekuensi, lo juga harusnya mikirin konsekuensi ngebudak dia sampai pagi buta gitu." Gadis berambut sepinggang yang dikuncir kuda berkepang itu berucap dengan nada memperingatkan,

EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang