Dewa tidak mengira ia akan mengatakan hal seperti ini seumur hidupnya, tapi ia menyesal atas perlakuannya kepada gadis berwajah bule yang kini ia ketahui adalah Sevanna Volkova—adik kesayangan Dmitry Volkov.
Bukan karena ia merasa bersalah, tapi karena—
"Aldy, buat data yang—"
"Pupss! Gue akhirnya beneran di-transfer ke Siegfried lagi! Temenin gue fitting baju, yok? Katanya gue udah bisa ngambil kain di koperasi, boleh lah sekalian jalan-jalan gitu kan ya? Udah hampir dua minggu gue nggak kemana-mana."
Bibir Dewa kembali terkatup, tersenyum getir ke arah punggung Aldy yang sekali lagi dihadapkan kepadanya. Lengan kanan gadis itu dipeluk oleh orang yang sudah memotong kalimat Dewa dengan sekenanya, Dewa juga tidak melewatkan senyum mengejek nan merendahkan yang ditujukan kepadanya dari orang yang sama.
Krek.
Bolpoin di tangan Dewa terbelah dua, dan siswa pindahan yang namanya lumayan mulai naik daun itu berjalan ke arah tempat sampah terdekat untuk membuangnya.
Brengsek.
Ini bukan pertama kalinya dia dibeginikan oleh gadis yang kabur dari Institut Le Rosey itu. Sesuai ucapan Anya, sudah hampir dua minggu ia berada di Siegfried sebagai variabel tidak terduga yang mengacaukan segala rencana yang sudah Dewa susun sedemikian rupa.
Ketika Dewa ingin mengobrol dengan Aldy mengenai susunan acara?
"Shchenok!! Bete banget gue, HP gue full notif dari Papa sama Bratan—ditelfon terus, nggak berhenti. Temenin gue beli Zhefone baru yok di Z-Center?"
Ketika ia ingin memberikan data yang diminta Aldy?
"Puppy! Lo udah kerja seharian, kan? Bratishka bilang lo belom makan! Ayo ke kantin dulu yok? Duh, gue lagi kangen rendang, deh. Bisa request nasi padang sama chef-nya nggak ya?"
Ketika dirinya hanya sekadar menyampaikan pesan dari Askara agar Aldy segera menemuinya?
"Hah? Nggak bisa, dong. Aldy udah janji sama gue one-on-one. Suruh Kak Ara nunggu, bilang aja Aldy sama gue. Bye."
Kalah.
Kalah telak. Memalukan dan sangat pahit untuk ditelan. Dewa tidak mengira privilese Sevanna Volkova semengerikan itu, tidak menduga pengaruhnya kepada Aldy sampai sebegitunya.
Rasa frustasi yang perlahan menggerogotinya dan mendorongnya jadi agak gila membuat pemuda berparas Eurasia itu ingin membanting sesuatu.
Atau menghajar seseorang, alternatif lain.
"Serem banget muka lo."
Dewa mengerjap, menoleh terkejut ke arah sumber suara. Pasang kelabu miliknya bertemu cokelat tanpa ekspresi milik Valentina Chen—'rekan kerja' Dewa sebagai intern di Kelas Eksekutif.
Sang musisi jenius mengangkat alis, melirik ke arah Dewa memandang sebelumnya dan mendengus.
"Oh. Gue baru tau dia balik ke Indo. Pantes aja lo yang biasanya jadi nyamuk di sekitar Aldy tiba-tiba keusir."
Dewa membalas kalimat menyelekit Valen itu dengan sebuah senyum tipis dan sebuah tatap sinis. Dirinya dan Valen akur, hal yang agak mengejutkan mengingat pada dasarnya mereka berdua punya dasar personality yang sama. Dewa hanya agak lebih bejat walau tertutup, dan Valen agak lebih bersahabat walau ketus.
"Sevanna emang kayak gitu?" Dewa buka suara kala mereka melangkah ke arah Gedung Majapahit, ekspresi ramah yang terpatri di wajahnya berbanding jauh dari tatapnya yang kaku dan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma
Teen FictionFirst Book from the 'Arcanum' Trilogy, Apriori. . Siegfried International Academy bukan sekolah sembarangan, kata orang lain. Isinya hanya para kaum elit, isinya hanya para jenius dengan latar belakang yang bukan main-main. Di mata kaum awam, yang m...