Katamu, perpisahaan tujuannya ada dua; yang pertama, berpisah untuk kembali dan yang kedua, berpisah untuk mengakhiri.
Aku memilih pilihan pertama.
♡
Tidak terasa, sekarang adalah hari pertama ujian semester ganjil di SMA Harmoni. Semua murid berkumpul di lapangan, untuk menerima arahan sekaligus kata-kata yang akan disampaikan oleh kepala sekolah.
"Hari ini adalah hari pertama kalian menjalankan ujian semester satu di tahun ajaran ini. Saya berharap, kalian melakukannya dengan baik dan jujur. Pergunakan waktu yang diberikan dengan baik dan jangan menyontek. Semoga sukses dalam ujian ini. Perlu diingat, nilai ujian ini akan berpengaruh kepada nilai kenaikan kelas kalian. Untuk menghemat waktu, saya akan mengakhiri amanat saya. Sekian, terima kasih," ujar kepala sekolah.
Setelahnya, barisan dibubarkan. Beberapa dari mereka ada yang kelihatan cemas, dan ada pula yang kelihatan biasa saja. Binar, salah satu murid SMA Harmoni yang tampak biasa-biasa saja.
"Duh ... capek banget," kata Binar yang sedang bersandar di bahu Seruni sambil berjalan.
"Hari pertama, nih. Gila, perut gue mules," gerutu Seruni.
"Kayak hari pertama tanggal merah aja. Udah, santai aja kali. Cuma ujian semester satu," balas Binar.
Seruni menatapnya tidak percaya. "Astaga, Nar. Nilainya itu berpengaruh buat kenaikan kelas. Apalagi kita udah mau naik ke kelas dua belas," ucap Seruni.
"Gue tadi malam belajar kok." Binar menegakkan kembali kepalanya, lalu beralih menggandeng tangan Seruni untuk berjalan lebih cepat.
"Untung, deh, bisa-bisa lo ganggu gue dan minta contekan," kata Seruni lalu terkekeh setelahnya.
"Udah kapok gue tahun lalu dijemur gara-gara ketahuan nyontek," balas Binar kembali mengingat masa lalunya.
"Syukur, deh, kapok."
Flashback on.
Hening, adalah kondisi ruang ujian 11 saat, ruang ujian yang di dalamnya ada Binar dan juga Seruni. Berbeda dari Seruni yang serius, Binar justru gelagapan, menoleh ke sana-sini, menggoyang-goyangkan kakinya dan barusaha mencari kesempatan saat pengawas ujian—Pak Yudhi—menunduk untuk membaca buku yang dipegangnya. Waktu ujian sudah hampir habis, dan Binar masih memiliki banyak jawaban yang kosong.
"Duh ...," gumam Binar. Ia melirik Seruni di sudut sana.
Binar melirik dengan serius Pak Yudhi yang sedang menunduk. Dengan cepat, ia membuka kertas berukuran besar yang sudah dibawa dari rumah. Tangan Binar bergerak dengan sangat cepat, matanya lihai melirik ke arah kertas contekan, lalu ke lembar jawaban.
Binar mengangkat kepala dengan perlahan, ia merasa ada yang tidak beres. Dalam hitungan ketiga, matanya bertemu dengan mata Pak Yudhi, si guru killer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams, Darling. [selesai]
Teen FictionJudul sebelumnya, the violinist: sagara Gadis kecil dengan jepitan rambut bunga matahari yang ditemuinya di atap rumah sakit, selalu membayangi Sagara. Pengaruhnya sangat besar bagi hidup Sagara. Dan biola, hanya alunannya yang membuat Sagara tetap...