GA VOTE, FOLLOW, COMMENT, GA PREN
....
Mahen - Luka Yang Kurindu🎵
....
Ya, mengikhlaskan itu perih. Namun itulah obat dari hati yang hancur.
-
Rinjani berlatih bersama Arion. Sesekali, mereka juga tertawa bersama karena Arion sering salah dalam menyebutkan dialog dari naskah yang mereka pegang. Binar memperhatikan dari jauh, rasanya sangat nyaman melihat keduanya dekat seperti itu.
"Kok mereka malah dekat, sih?" gerutu Galena yang memperhatikan dari balik jendela bersama Dessy dan juga Oilin.
"Lah? Emang kenapa kalau mereka dekat? Lo 'kan sukanya sama Kak Sagara," balas Dessy tidak mengerti.
"Tahu, ih." Oilin ikut menyahut.
"Kalau Arion nyerah buat ngedapetin Binar, itu artinya Sagara bakal lebih dekat sama Binar. Lo berdua bego atau apa, sih?" balas Galena emosi, lalu beranjak meninggalkan Dessy dan Oilin.
Dessy dan Oilin hanya diam, mereka mengikuti langkah Galena. Rinjani masih bergurau dengan Arion. Sangat aneh memang, Arion tiba-tiba ingin membuka hatinya untuk Rinjani.
Binar menghampiri Arion dan Rinjani, hal itu membuat tawa keduanya berhenti, lalu beralih menatap Binar. Sudut bibir Binar tertarik, membentuk sebuah senyuman tipis. "Suka gue kalau lihat kalian gini," ucap Binar.
Rinjani dan Arion hanya terkekeh. Arion menatap wajah Binar, sangat jelas kalau gadis itu benar-benar senang dengan kedekatannya dengan Rinjani. Setelahnya, Arion melirik Rinjani yang menunduk memperhatikan naskah yang dipegangnya.
"Rinjani, gue pergi sebentar sama Binar, ya?" tanya Arion membuat Rinjani langsung mendongak.
"Iya, nggak apa-apa," balas Rinjani sambil tersenyum kikuk.
"Nar, bisa ngobrol sama gue sebentar?" tanya Arion beralih kepada Binar.
"Boleh," balas Binar menyetujui.
"Tunggu di sini, ya," kata Arion dibalas anggukan oleh Rinjani.
Arion menarik tangan Binar. Hal itu tidak lepas dari penglihatan Rinjani, jujur saja hatinya sakit. Tetapi jika melarang dan cemburu, apa haknya?
Arion membawa Binar menuju rooftop. Binar hanya menurut membiarkan Arion menarik tangannya, Binar tampak santai.
"Mau ngomong soal apa?" tanya Binar saat keduanya sudah berada di rooftop SMA Harmoni.
"Gue bakal berhenti ngejar lo." Binar langsung menoleh. Arion menunduk sambil mengembuskan napas jengah.
"Bagus dong," balas Binar lalu terkekeh.
Arion menatap wajah Binar, gadis itu tertawa. Arion tersenyum getir, sangat sakit rasanya. Arion mendekat ke arah Binar, mengikis jarak di antara keduanya. Binar menatap wajah Arion dengan keningnya yang berkerut.
"Kenapa lo jahat banget, sih?" tanya Arion, frustasi.
"Apa?" Binar sedikit menganga tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Arion.
"Kenapa lo biarin gue berhenti? Harusnya tahan, atau lo bilang makasih, gitu?" Arion mengacak rambutnya. Binar membuatnya gila.
"Emang gue harus gitu, ya?" tanya Binar.
"Nggak! Nggak usah, Binar Wanodya," balas Arion menajamkan tatapannya kepada Binar.
Binar terdiam, tatapan matanya yang lembut itu ikut membuat Arion terdiam keheranan, mengapa Binar menatapnya seperti itu. "Lo kenapa?" tanya Arion pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams, Darling. [selesai]
Teen FictionJudul sebelumnya, the violinist: sagara Gadis kecil dengan jepitan rambut bunga matahari yang ditemuinya di atap rumah sakit, selalu membayangi Sagara. Pengaruhnya sangat besar bagi hidup Sagara. Dan biola, hanya alunannya yang membuat Sagara tetap...