Jika saja penyesalan itu sudah terlihat di awal-awal, maka dapat dipastikan semua orang akan hidup dengan bahagia.
-
Binar tampak kelelahan, napasnya sedikit susah untuk diatur dan dadanya naik-turun. Keningnya juga penuh dengan keringat. Sesekali, Arion melirik gadis yang sedang menyeka keringatnya itu. Arion memperhatikan wajah lelah Binar sambil berlari di sebelahnya. Arion menengadah, sinar matahari saat ini sangat terik. Setelahnya, Arion menoleh ke arah Binar. Lelaki itu mengangkat tangannya, menghalangi cahaya matahari mengenai wajah Binar.
Binar yang awalnya tidak sadar, menoleh ke arah Arion. Langkahnya terhenti, begitu juga dengan Arion. Lelaki itu berdiri tepat di depan Binar dengan tangannya yang masih melindungi kepala gadis itu dari teriknya sinar matahari.
Binar melirik ke arah tangan Arion. "Lo ngapain?" tanya Binar bernada jutek. Arion hanya tersenyum dengan posisi yang masih sama. Binar mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan lelaki di hadapannya kini.
"Lo ngapain?" tanya Binar lagi.
"Lo capek nggak?" Bukannya menjawab pertanyaan Binar, Arion malah bertanya balik.
"Ya, capeklah. Keliling lapangan panas-panas gini," balas Binar lalu berdecak pinggang. Binar mengembuskan napas lelah.
"Kita istirahat aja," ujar Arion.
"Gila lo, gue masih ada sepuluh putaran lagi. Lo udah selesai, 'kan? Lima putaran?" Arion mengangguk pelan.
"Yasudah, sana lo ke kelas," balas Binar lalu melanjutkan hukumannya yang masih tersisa banyak. Arion mengejar gadis itu dan kembali berlari di sebelahnya.
"Lo ngapain?" tanya Binar mulai jengah.
"Lari," balas Arion lalu mendahului langkah Binar.
"Lo ngapain, sih?! Kalau lo lari lagi, itu malah bikin lo capek! Nggak guna juga. Hukuman lo udah habis!" seru Binar.
Arion menghentikan langkahnya, lalu berdiri di depan Binar. Arion menatap lekat wajah Binar yang kini dipenuhi keringat. Mata coklat gadis itu terkena oleh sinar matahari. Warna coklatnya semakin terlihat jelas. Mata itu sangat indah. Arion terlena dengan mata indah milik Binar. Manik mata mereka bertemu di satu titik. Keduanya saling tatap sangat dalam.
Tangan Arion bergerak mendekati wajah gadis itu. Hal tersebut membuat Binar sedikit terkejut dan mundur satu langkah. Dengan pelan, tangan kekar Arion menyeka keringat yang berada di kening Binar dan juga di pipi Binar. Mata Binar membulat sempurnya menatap wajah Arion yang kini sangat dekat dengan wajahnya. Setelahnya, Arion tersenyum hangat.
"Masih aja ngegemesin," ujar Arion sambil mencubit pipi Binar.
Binar terkejut. "Lo nggak boleh nyentuh cewek kayak gitu!" bentak Binar dari belakang Arion yang sudah berlari lebih dulu.
"Arion!" teriak Binar mulai mengejar langkah cepat Arion.
Arion berlari lebih cepat. "Bwe!" ledek Arion.
"Lo lama!" seru Arion lalu berlari lebih cepat dengan Binar yang masih mengejarnya.
"Lo! Ah, emang, ya!" bentak Binar mulai lelah mengejar Arion.
"Heleh, ayo kejar gue lagi," kata Arion mengejek.
"Udahlah, capek."
Arion terus menggoda Binar. Hal tersebut membuat Binar berlari kembali mengejar lelaki itu dan ingin memberikan balasan. Mungkin, dengan menjitak kepalanya, minimal?
Dari kejauhan, seorang lelaki sedang memperhatikan sepasang manusia yang tengah kejar-kejaran di lapangan. Kening lelaki itu sedikit berkerut memperhatikan wajah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams, Darling. [selesai]
Teen FictionJudul sebelumnya, the violinist: sagara Gadis kecil dengan jepitan rambut bunga matahari yang ditemuinya di atap rumah sakit, selalu membayangi Sagara. Pengaruhnya sangat besar bagi hidup Sagara. Dan biola, hanya alunannya yang membuat Sagara tetap...