Hivi - Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi🎶💗
-
Entahlah, semilir rasa merasuki tanpa permisi.
Aku bisa apa? Tidak mungkin menolaknya, 'kan?-
Arion mendekat ke arah Binar dan juga Sagara. Ia berusaha melonggarkan kepalan tangannya yang sudah mengeras, tidak tahan dengan apa yang ia lihat kini. Arion berhenti melangkah sebentar lalu menarik napas gusar.
Binar menoleh, keningnya berkerut heran melihat kehadiran Arion yang tiba-tiba. "Arion?" ujarnya pelan. Sagara mengikuti arah pandangan Binar.
"Nar, lo nggak mau makan? Udah istirahat. Ayo ke kantin sama gue," ucap Arion lalu terus mendekat dan menarik tangan Binar.
Arion yang hendak membawa Binar pergi, tertahan oleh suara Sagara.
"Dia pacar gue."
Binar menoleh, matanya membulat sempurna setelah Sagara mengatakan hal itu. Jantungnya dibuat tidak karuan saat Sagara juga menarik tangan Binar yang satunya lagi.
"Lo nggak ada hak buat ngelarang dia," kata Arion kesal.
"Lo yang nggak ada hak," balas Sagara tak kalah dingin.
"Lo—"
"Pacarnya."
Perkataan Arion terputus karena Sagara berbicara lebih cepat. Gadis yang kini berada di tengah itu sangat gugup. Ia hanya diam, dengan tangannya dipegang kuat oleh kedua lelaki di samping kanan-kirinya.
"Nar, ayo." Arion kembali menarik tangan Binar, begitu pula dengan Sagara.
Binar ditarik ke kanan dan ke kiri. Kepalanya menjadi pusing mendengar perdebatan kedua lelaki itu.
"Ayo."
"Sama gue, Nar."
"Pacar lo siapa? Jadi lo tahu harus makan bareng siapa."
"Gue lebih kenal Binar daripada lo."
"So?" Sagara mencemooh.
"Ya, jadi Binar lebih baik ikut sama gue."
"Hak lo di masa lalu, bukan sekarang. Sekarang lo bukan siapa-siapanya. Tolong lebih sadar diri," ucap Sagara menohok.
"Anj—"
"Udah!" Arion yang hendak mengumpat, tertahan karena suara keras Binar.
"Jangan jadiin aku boneka!" ujar Binar dengan nada penuh drama.
"Le ... pas!" Binar menepas paksa tangan Arion yang mengenggam tangannya. "Le ... pas." Binar juga melepas paksa tangan Sagara dari tangannya.
"Udah? Jangan drama kayak di televisi," ujar Binar lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Gue mau makan sama Seruni." Binar menatap keduanya dengan lekat. Ia melirik jam yang berwarna mustard di tangan kirinya.
"Bye!" seru Binar sambil mengibas rambutnya ke wajah Sagara dan Arion. Gadis itu berjalan songong mendahului kedua lelaki yang tadi terlibat cek-cok karenanya.
"Apa lo?!" sewot Arion saat mendapat tatapan tajam dari Sagara. Sagara tidak menghiraukan, ia memilih mengikuti Binar dari belakang.
Arion masih diam di tempatnya. Rasa kesal menyelimuti seluruh tubuh lelaki itu. Kesal dan sesak, melihat gadis yang dulu berada di dalam genggamannya, kini sudah lepas dan sulit untuk dibawa kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams, Darling. [selesai]
Teen FictionJudul sebelumnya, the violinist: sagara Gadis kecil dengan jepitan rambut bunga matahari yang ditemuinya di atap rumah sakit, selalu membayangi Sagara. Pengaruhnya sangat besar bagi hidup Sagara. Dan biola, hanya alunannya yang membuat Sagara tetap...