Kelulusan SMA Harmoni
Angkatan-21
Tahun Pelajaran 2020/2021Aku mencarimu di keramaian. Aku memanggilmu di tengah bisingnya manusia bumi.
Namun, yang aku temui hanyalah bayang yang semu.-Binar Wanodya.
Kelulusan SMA Harmoni membuat suara tawa menggema di mana-mana. Mencoret-coret baju putih abu-abu adalah hal yang paling dinantikan. Senyuman bahagia terlukis jelas di wajah mereka yang dinyatakan lulus dari SMA. Anak remaja SMA, yang mencapai puncak kebahagiaan.
Namun, tidak dengan Binar. Binar menjadi sosok gadis yang paling murung di tengah suara tawa. Tidak sekali pun, senyuman tipis tercetak di wajah gadis itu. Binar, hanya ingin melihat Sagara. Ia hanya ingin merayakan kelulusannya bersama laki-laki itu, bersama Sagara.
Rasa rindu tentu dirasakan oleh Binar. Sudah satu tahun ia tidak melihat Sagara, tidak mendengar suara Sagara dan tidak lagi melihat sepasang mata yang indah itu.
Semenjak kepergian Sagara, Binar berubah 180 derajat. Tidak ada lagi Binar yang periang, tidak ada lagi Binar yang konyol, tidak ada lagi keusilannya menjahili Pak Bowo. Senyuman indah di wajah Binar, lenyap bersama kepergian Sagara.
Yang tersisa hanyalah Binar dengan seribu kesedihan, Binar dengan luka yang dalam. Semua warna di dalam diri Binar seolah terhapus tanpa sisa.
Seruni berjalan mendekati Binar, dan merangkul gadis itu. "Nar, ini balon buat lo. Nanti bakal ada acara pelepasan balon," kata Seruni sambil menyerahkan balon berisi gas berwarna merah jambu kepada Sagara.
"Makasih," balas Binar sambi memaksakan senyumnya.
"Mau coret baju gue nggak?" ujar Seruni dengan senyum merekah. Seruni menyodorkan sebuah spidol hitam kepada Binar. Binar menerima spidol tersebut, lalu membuat tanda tangannya di seragam Seruni.
"Lo mau tanda tangan gue juga?" tanya Seruni.
Binar hanya diam, Seruni langsung merebut spidol dari tangan Binar, dan membuat tanda tangan di seragam Binar. "Udah!" seru Seruni sambil menatap wajah Binar.
"Makasih. Gue mau ke depan dulu," kata Binar, dan langsung beranjak meninggalkan Seruni. Binar melangkah ke luar SMA Harmoni. Binar berdiri di luar pagar, menatap lurus dengan pandangan kosong.
Selang cukup lama, lamunan Binar buyar setelah melihat ratusan balon gas beterbangan di udara. Melihat hal itu, Binar ikut melepas balonnya, membiarkan balon itu menuju langit.
Saat menengadah, mata Binar beralih menatap papan besar bertuliskan, "SMA Harmoni." Binar tersenyum getir, air matanya kembali menggenang. Sangat banyak kenangan antara dirinya dan Sagara di sana. Masa putih abu-abu yang Binar sendiri bingung harus menyebutnya masa yang bahagia, atau masa yang menorehkan luka.
Binar melepas tangisnya dengan bebas. Berbeda di dalam SMA sana yang riuh dengan suara tawa, Binar justru menangis sendirian ditemani air hujan yang perlahan turun membasahi bumi. Binar berjongkok, ia memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya di sana. Binar terisak, ia sesegukan beberapa kali.
Namun pada hari itu, kita lupa.
Setelah indahnya pemandangan matahari terbenam, akan ada gelapnya malam..
.
.
.
.
.
.
.🎻
Puisi Terakhir Untuk Sagara.
Katamu, semua akan baik-baik saja. Namun lihat;
Kini, matahari sudah tenggelam sepenuhnya.
Senjaku sudah berganti malam.
Pelangiku pun, hilang entah ke mana.
Puisi indah yang pernah aku tuliskan, kini menjadi menyedihkan.Raung tangis ini mengantarmu.
Tidak tahu harus berucap 'Selamat Jalan' atau 'Sampai Jumpa.'Langkahmu yang menuju keabadian, aku tidak tahu harus mengiringnya dengan apa. Dengan perasaan ikhlas yang dipaksa? Atau kubiarkan saja pergi tanpa lambaian tangan?
Semua berakhir, semua benar-benar habis tak bersisa.
Cerita ini akan abadi, bersama kesedihan yang aku kirimkan dengan air mata. Hatiku mati rasa karena pergimu.
Tidak semua hal akan berakhir baik-baik saja, Sagara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams, Darling. [selesai]
Teen FictionJudul sebelumnya, the violinist: sagara Gadis kecil dengan jepitan rambut bunga matahari yang ditemuinya di atap rumah sakit, selalu membayangi Sagara. Pengaruhnya sangat besar bagi hidup Sagara. Dan biola, hanya alunannya yang membuat Sagara tetap...