FOLLOW, VOTE, COMMENT DAN SHARE👍
KALAU NGGAK, NGGAK SUKA IHHH GELLAYYYYY. :v
note dari 2024: bejir, ternyata aku alay banget ya di tahun 2022😭
....
Aku sudah mencapai puncaknya. Terima kasih atas setiap senyum yang pernah kamu lukis di wajahku. Terima kasih pula, untuk senyum terakhir yang kamu berikan saat aku benar-benar memutuskan untuk melangkah pergi.
-
Setiap kelas sibuk menyiapkan properti dan juga kostum yang akan mereka gunakan di saat menampilkan teater nanti. Seperti itu pula kelas 11 IPA 4, keadaannya riuh. Semua murid mempersiapkan dirinya masing-masing.
"Kelas kita tampil nomor lima," kata Mahen yang baru saja datang dengan kostum kurcaci.
"Lumayan, untung nggak nomor satu," sahut seorang siswi.
Binar yang sudah selesai membantu Seruni untuk menggunakan kostum, beralih berjalan menuju Rinjani yang sedang bersusah payah memakai rambut palsunya.
"Mau aku bantu?" tanya Binar menawarkan bantuan.
"Boleh," balas Rinjani sambil terseyum. Ia duduk di sebuah kursi yang di depannya ada cermin berbentuk persegi.
Binar mulai merapikan rambut palsu itu dengan pelan, lalu memastikan rambut itu tidak mudah terlepas dari kepala Rinjani.
"Udah, nih," ujar Binar setelah selesai dengan kegiatannya.
"Makasih, ya, Nar." Rinjani tersenyum menatap pantulan wajahnya dari cermin.
"Iya, sama-sama. Kamu cantik banget, sih," kata Binar sambil menyenggol bahu Rinjani.
"Lebih cantikkan kamu, lah," balas Rinjani lalu terkekeh pelan.
"Kamu ... cantik banget," kata Binar lagi.
"Dasar, wanita," ujar Arion tiba-tiba dari arah belakang.
Arion sudah siap dengan kostum pangeran, ia tampak gagah dengan baju itu. Arion tersenyum menatap Binar, lalu Rinjani setelahnya.
"Waduh ... pangerannya datang, nih," seru Binar sambil menatap Arion dengan tatapan penuh pukau.
"Ganteng 'kan gue?" tanya Arion kepada Binar dengan membusungkan dada.
"Huek." Binar seperti hendak muntah mendengar penuturan Arion.
"Kenapa lo? Saking gantengnya, lo sampai muntah gitu," balas Arion lalu tertawa kecil.
"Gantengan juga ... Shagharha, achim!" kata Binar tidak jelas, lalu pura-pura bersin setelahnya.
"Sagara, maksud lo?" tebak Arion sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
"Gue mau ke luar, ah!" seru Binar. Setelahnya, ia mendorong Arion hingga membuat jaraknya semakin dekat dengan Rinjani. Mata Rinjani membulat, sambil menahan napas.
"Emang, tuh, orang. Nggak beres," gerutu Arion lalu menjauhkan tubuhnya dari Rinjani. Rinjani tertawa pelan.
Arion menatap wajah Rinjani dari jarak dekat. Ia memperhatikan setiap inci wajah gadis itu. Kening Arion berkerut dan bibirnya menjadi sedikit manyun. Setelahnya, ia menjauhkan tubuhnya. Hal itu membuat Rinjani menatap keheranan.
"Kenapa?" tanya Rinjani yang kebingungan.
"Cantik."
Arion menatap Rinjani, bibirnya membentuk senyuman tipis. Degup jantung Rinjani menjadi tidak karuan, ia menjadi salah tingkah di hadapan Arion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams, Darling. [selesai]
Teen FictionJudul sebelumnya, the violinist: sagara Gadis kecil dengan jepitan rambut bunga matahari yang ditemuinya di atap rumah sakit, selalu membayangi Sagara. Pengaruhnya sangat besar bagi hidup Sagara. Dan biola, hanya alunannya yang membuat Sagara tetap...