SIAPA AJA DARI MANA? SEMOGA NGGAK ADA YANG DARI GOA.
....
Yakinlah, ini takdir.
Pertemuan tidak akan salah orang.-
Binar melotot saat menyadari Arion yang mengikutinya ke dalam kelas. Lelaki itu justru ikut duduk di kursi kosong sebelah Binar. Binar mengembuskan napas gusar melihat tingkah Arion yang terus saja memperhatikannya.
"Lo kenapa, sih, ngikutin gue terus?!" teriak Binar dengan suara melengkingnya sambil mengebrak meja.
Arion terkejut. "Astaga, Binar. Suara lo kayak toa masjid!" ujar Arion.
"Apa, hah?! Nggak suka?! Sana lo, pergi!" seru Binar yang masih marah.
"Gue satu kelas sama lo."
"Nggak usah sembarangan." Binar benar-benar tidak habis pikir dengan Arion. Lelaki satu ini memang keras kepala.
"Nggak percaya? Tanya aja ke wali kelas kita," balas Arion santai sambil mengangkat kakinya ke atas meja.
"Tolong yang sopan." Binar mengingatkan.
"Maaf." Arion terkekeh lalu segera menurunkan kakinya. "Gue bikin salah aja terus, biar lo ingetin."
"Kita udah lama selesai, Arion." Binar meningalkan ruangan kelas. "Nggak usah ngikutin gue!" bentak Binar saat menyadari Arion ikut berjalan di belakangnya. Arion melunak, ia mengalah dan membiarkan Binar ke luar. Arion lebih memilih menyapa teman-teman barunya di kelas, walau ia sangat penasaran ke mana Binar pergi.
"Eh? Lo mau ke mana?" tanya Seruni saat berpapasan dengan Binar di depan pintu kelas.
"Gue mau ke rooftop. Gue mau sendiri, nggak usah ikut. Dan ...." Binar menempelkan jari telunjuknya di bibir Seruni saat gadis itu hendak berbicara.
"Kalau guru masuk, lo telfon gue. Jangan spam chat," ujar Binar mengingatkan. Binar menjauhkan jari telunjuknya dari bibir Seruni. Seruni menatap datar punggung sahabatnya itu yang perlahan menjauh. Sedetik kemudian, gadis itu menggeleng-geleng.
🎻
Sagara merasa suntuk berada di dalam kelasnya yang bising karena saat ini kelas 11 IPS 2 sedang free, atau jam kosong. Akhal dan Adelio sedang asik bermain lempar-lemparan kertas yang dibulatkan hingga sebesar bola kasti. Sagara tidak menyukai suasana bising.
"Mau ke mana lo?" tanya Agam saat melihat Sagara bangkit dari duduknya.
"Ke rooftop," balas Sagara.
"Gue ikut dong, bosen di kelas mulu." Agam menyimpan handphone yang daritadi ia mainkan.
"Gue mau sendiri dulu." Sagara meninggalkan Agam lalu melangkah ke luar kelas. Sagara melangkah santai menuju rooftop. Sesekali, ia juga membalas sapaan beberapa adik kelas yang melewatinya.
"Kak Gara?!" pekik seorang siswi yang mengejutkan Sagara.
Sagara mengerutkan keningnya mengingat siapa gadis yang berada di hadapannya kini. Sagara kembali mengingat-ngingat nama gadis yang sudah pernah ia temui itu.
"Ga ... Galena?" tanya Sagara ragu.
"Iya, Kak! Aku Galena!" ujar gadis itu kesenangan.
"Oh."
"Heum ... Kak Gara mau ke mana?" tanya Galena dengan suara yang lembut.
"Rooftop."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Dreams, Darling. [selesai]
Teen FictionJudul sebelumnya, the violinist: sagara Gadis kecil dengan jepitan rambut bunga matahari yang ditemuinya di atap rumah sakit, selalu membayangi Sagara. Pengaruhnya sangat besar bagi hidup Sagara. Dan biola, hanya alunannya yang membuat Sagara tetap...