30. hadirnya kegelapan.

55 6 0
                                    

'Ku bahagia kau telah terlahir di dunia,
dan kau ada di antara milayaran manusia.
Dan 'ku bisa, dengan radarku
menemukanmu.

Perahu Kertas - Tulus

-

Suara ambulance masih terngiang-ngiang di telinga Binar. Tatapannya kosong, melihat Sagara terbaring lemas di ruang ICU. Selang infus juga tertancap di punggung tangan kiri Sagara.

Binar hanya bisa melihat dari balik kaca transparan. Tangannya gemetar, sangat takut akan kehilangan. Pikirnya ke mana-mana, Binar takut, sangat.

Agam dan Adelio juga di sana, mereka menjaga Sagara dari luar. Menunggu kabar baik di kursi besi dingin. Agam berdiri, menghampiri Binar lalu menyentuh bahu gadis itu dengan lembut.

"Mending lo pulang, udah malam. Besok lo bisa ke sini lagi," bujuk Agam.

"Enggak, gue mau di sini. Gue akan di sini sampai Sagara bangun," balas Binar dengan suara bergetar, lalu air matanya jatuh begitu saja.

"Pulang, Nar ... Sagara juga nggak mau kalau lo nantinya sakit."

"Enggak, Gam ... please, jangan suruh gue pulang." Binar menatap Agam dengan tatapan memohon. Isak tangis terdengar dari Binar, Agam memeluknya sekilas, lalu menyeka air mata yang membasahi pipi Binar.

"Kalau gitu, lo duduk di samping Adelio. Jangan berdiri terus."

Perintah Agam kali ini diikuti oleh Binar. Ia duduk di samping Adelio, sambil bersandar di bahu Agam yang ikut duduk di sebelahnya. Mata Binar bengkak, karena menangis sejak Sagara tidak sadarkan diri.

"Kenapa bisa lo sama Akhal?" tanya Agam.

Binar tidak merubah posisinya, ia masih bersandar di bahu Agam. Binar menceritakan bagaimana bisa ia bersama dengan Akhal dan tetang nomor misterius yang sering mengiriminya pesan. Juga, tentang pertemuan mereka saat MOS SMA Harmoni dulu. Binar menceritakan semuanya kepada Agam dan juga Adelio.

Adelio terkejut, begitu pula dengan Agam. Mereka tidak menyangka Akhal senekat itu, padahal, Sagara adalah orang yang sudah merubah hidup Akhal menjadi seperti sekarang ini, tidak lagi mendapat bully-an.

"Gue nggak habis pikir sama Akhal." Adelio angkat bicara setelah Binar menyelesaikan ceritanya.

"Namanya juga udah dibutakan oleh cinta," sahut Agam.

Cukup lama Binar tidak kunjung bersuara. Agam melirik sepupunya, deru napas Binar terdengar beraturan. Binar tertidur.

"Gue antar Binar pulang, lo jaga Sagara sampai Bang Zen balik," pinta Agam dibalas anggukan oleh Adelio.

Agam mengangkat tubuh Binar ke punggungnya. Membawa Binar ke mobil, lalu mengantarkan ke rumah. Agam pun tidak tega, melihat sepupunya merasa cemas yang terlalu. Itu juga bahaya untuk kesehatan Binar.

🎻

Binar heran, saat menyadari bahwa dirinya sudah berada di kamar. Binar segera bangkit, melihat ke sekitar. Binar berlari ke luar, pikirannya hanya tertuju kepada Sagara.

"Nar! Kamu ke mana?!" Jani mengejar Binar yang masih sampai di depan pintu. Jani menahan tangan putrinya, lalu segera membawa Binar ke pelukan.

"Sagara! Sagara, Bunda ... Sagara di rumah sakit!" Binar histeris di dalam pelukan Jani, bahunya juga bergetar hebat.

"Binar mau ke rumah sakit!" teriak Binar, lalu melepas pelukannya.

"Iya, Nar ... iya ... kamu ganti baju, terus makan. Nanti Bunda suruh Agam jemput kamu," balas Jani memberikan pengertian.

Sweet Dreams, Darling. [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang