05. Arion dan petaka Bu Marini.

152 29 44
                                    

KALI INI LAGU FAVORIT AKU BANGET. JANGAN LUPA PUTAR LAGU INI SAMBIL BACA😾

Farewell - JoRaffi🎵🌸

....

Nggak semua yang kamu lihat itu benar.
Nggak semua makna dari suatu hal, bisa kamu baca dari apa yang kamu lihat.

-

Binar terkejut saat melihat jam di atas nakas mejanya. Pukul 06.20 WIB. Binar mengacak rambutnya dan bergegas turun dari kasur berwarna pink itu. Binar berlari mengambil handuk dan segera mandi. Gadis itu mandi secepat kilat, setelahnya ia memakai baju seragam sekolah sambil menggerutu selama memasang kancing seragam tersebut. Setelah itu, Binar menyisir rambut sebahunya dengan cepat. Mulutnya tidak berhenti bergerak mengucap doa untuk dirinya sendiri.

"Gue mohon, jangan datang. Gue nggak mau berangkat sama cowok itu," gerutu Binar sambil memasang sepatu putihnya. Binar meraih ransel, dan bergegas ke luar kamar menuju meja makan. Binar segera meraih tangan bundanya dan menyalami tangan itu.

"Bun, Binar buru-buru, sudah terlambat. Binar pamit, ya," kata Binar terburu-buru setelah mencium punggung tangan wanita itu.

Tangan Binar kembali ditarik oleh sang bunda—Jani. "Bekalnya."

"Astaga, makasih, Bun. Binar pamit!" ujar Binar sambil setelah menerima bekal tersebut dan melambaikan tangannya ke arah Jani

"Nar! Uang jajannya udah?" teriak Jani mengingatkan Binar yang sangat pelupa.

Binar menghentikan langkahnya dan memeriksa saku seragam baju dan roknya.
Binar menoleh ke arah Jani, lalu menyengir menampakkan wajah polosnya.

"Lupa," ucap Binar dengan pelan. Binar berjalan mendekati Jani. Tangannya sudah siap menampung dengan kepala sedikit merunduk. Tidak ada sehelai pun uang kertas di atas tangannya, Binar kembali mendongak.

Jani terkekeh melihat ekspresi putrinya. Jani membuka dompet, lalu memberikan beberapa helai uang kertas kepada Binar. Binar menerimanya. "Makasih, Bun," ujar Binar lalu menyimpan uang pemberian Jani.

"Ayah mana, Bun?" tanya Binar.

"Udah berangkat kerja dari subuh tadi," balas Jani lalu tersenyum tipis.

Binar ber-oh-iya. Jani menatap Binar dengan tatapan heran.

"Kamu nggak terlambat? Tadi aja buru-buru," ujar Jani mengingatkan.

Binar menepuk jidatnya dengan keras. "Astaga! Ih! Binar terlambat!" seru Binar.

"Bun, Binar kali ini beneran pamit mau berangkat," ujar Binar meraih tangan Jani.

Di mata Jani, Binar adalah seorang gadis kecil yang masih membutuhkan pelukan setiap saat. Binar masih jauh dari kata dewasa. Bagi Jani, Binar masih sama dengan gadis kecilnya 10 tahun yang lalu.

Binar membuka pagar rumahnya dengan pelan. Saat menoleh, Binar dikejutkan oleh seorang lelaki yang sedang menatapnya dari atas motor yang ia duduki. Lelaki itu tersenyum ramah ke arah Binar. Binar mendengus kesal mengetahui kehadiran lelaki itu yang sesuai dengan dugaan.

"Gue belum ada nomor lo, jadi gue ke sini deh," ujar Arion lalu mengenakan kembali helmnya.

Binar tidak mengubris. Gadis itu kesal dengan kehadiran Arion kembali ke dalam hidupnya. Mengapa lelaki ini datang lagi?!

"Lo ngapain, sih, ke sini?!" ujar Binar jutek kepada Arion. Arion menatap tidak suka ke arah Binar. Lelaki itu menghela napasnya mencoba untuk menahan amarahnya sendiri.

Sweet Dreams, Darling. [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang