18. ingin kembali.

71 12 0
                                    


-

Jani memperhatikan Sagara dan Binar di balik jendela. Lalu, Jani bergegas menutup gorden itu saat Binar berjalan menuju pintu.

"Bun, ngapain di sana?" tanya Binar saat melihat Jani di sudut ruang tamu.

"Udah malam begini, ke mana aja, Nar?" tanya Jani sambil menghampiri Binar.

"Tadi Binar jalan-jalan, Bun." Binar tersenyum kepada Jani dan menutup kembali pintu.

"Sama siapa?"

"Sagara." Binar menjawab langsung pertanyaan Jani.

"Sagara?"

"Dia orang yang main biola waktu Binar ulang tahun," balas Binar lalu tersenyum.

"Dia pacar kamu?" tanya Jani penasaran.

"Nggak kok, Bun. Binar nggak pacaran sama Sagara. Tapi, dia orangnya baik, Bun." Binar lagi-lagi menampakkan senyumnya.

"Itu helm siapa?" tanya Jani saat melihat Binar membawa sebuah helm.

"Oh, ini? Ini Sagara yang kasih ke Binar."

"Sana mandi, habis itu makan."

"Iya, Bun. Binar ke dalam, ya," kata Binar lalu beranjak meninggalkan Jani.

Jani mengembuskan napas gusar. Jani sangat menyayangi Arion. Dan Jani pun tahu, alasan Arion pergi meninggalkan Binar saat itu.

🎻

Senin, seperti biasa, seluruh sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas mengadakan upacara bendera, tidak terkecuali SMA Harmoni.

"Haduh ... Pak Juno lama banget, sih, ngasih amanat."

"Nggak tahu panas apa?"

"Luntur bedak gue."

"Keringet bikin alas bedak gue luntur." Bidadari SMA-pun ikut bergumam.

"Capek-capek semprotin parfum, ini baju malah bau keringat," keluh siswi tidak mau rugi.

"Duh, panas banget, sih."

"Kaki gue mau copot, astaga!" Si anak lebay pun berteriak.

"Mamah, panas," gerutu anak mami.

Begitu kira-kira keluhan mereka. Banyak di antaranya yang berlindung di balik tubuh temannya, mengipas-ngipas wajah dengan topi dan juga ada yang pura-pura sakit agar diizinkan menuju UKS.

"Nar, lo nggak capek apa?" tanya Seruni.

"Capeklah, panas gini juga." Binar berdecak pinggang.

"Rasanya mau copotin kabel microfon-nya." Seruni berjinjit untuk melihat pembina upacara itu.

"Baik, sekian dari saya. Mungkin hanya itu yang dapat saya sampaikan, harap dipahami dengan benar." Kalimat penutup dari Pak Juno itu membuat seluruh murid merasakan angin segar.

Semua siswa menghela napas lega, merasakan terbebas dari belenggu panasnya matahari. Setelah mengheningkan cipta dan berdoa, barisan dibubarkan oleh pemimpin upacara.

"Ayo, Seruni, ke kantin!" seru Binar lalu menarik lengan Seruni untuk berlari bersamanya menerobos keramaian yang berada di hadapan mereka.

"Misi, misi."

"Hati-hati, dong!"

"Woi, jangan main dorong-dorong aja lo!"

"Binar!"

Sweet Dreams, Darling. [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang