23. pingsan

41 5 0
                                    


Upacara pada hari senin sudah berlangsung sejak tiga menit yang lalu, satu persatu pelaksanaan upacara telah dilaksanakan.

Saatnya sekarang pengibaran bendera merah putih. Membenarkan topinya dan meletakkan tangannya di pelipis dekat topi itu berteger manis.

Matahari pagi yang semakin menyengat di kulitnya, keringat yang tidak hentinya mengalir, pusing yang kini juga ia rasakan.

Amaranthine menurunkan tangannya dan menopang tubuhnya dengan cara meletakkan kedua tangannya di lutut kakinya.

"Mara, lu gapapa?" Tanya salah satu temannya yang berada tepat di samping kiri Amaranthine.

Mara mendongakkan kepalanya, ia menoleh kearah temannya itu dan tak lama kemudian kesadaran merengut darinya.

Mara pingsan.

"Astogeh, mara pingsan. Bantu bawa dia oi," ujar temannya dengan heboh membuat beberapa pasang mata menoleh kearahnya.

"Biar gue yang bawa."

Watson mengambil alih tubuh mara dari salah satu petugas PMR yang berniat membawa kekasihnya itu menggunakan tandu.

Dengan segera Watson membawa Amaranthine kearah uks dengan langkah yang lebar, tida lupa juga dibelakangnya diikuti oleh petugas pmr.

Dengan hati hati Watson meletakkan tubuh mara di atas branker yang telah di sediakan uks. Menyingkirkan tubuhnya berniat memberikan akses kepada petugas uks untuk memeriksa mara.

"Sorry, gue mau nanya apa mara punya penyakit serius?" Tanya Acacia, masih ingat dengan gadis itu? Ya dia yang menolong Edelweis waktu mimisan tempo hari itu.

Watson hanya menganggukkan kepalanya, "Menurut gue lebih baik lu bawa dia ke rumah sakit sekarang, gue rasa dia butuh bantuan oksigen, nafasnya sedikit memburu dan detak jantungnya tidak beraturan."

Tanpa membalas ucapan yang Cia lontarkan Watson segera membawa kembali tubuh Mara dan dengan segera berjalan kearah parkiran menuju dimana mobilnya terparkir, untung saja dirinya membawa mobil melihat kondisi tadi pagi yang sedikit mendung.

"Itu kenapa Watson membawa Amaranthine menggunakan mobil dan berjalan kearah luar sekolah nak?" Tanya guru selaku pembina PMR.

"Kondisi Amaranthine bisa dikatakan tidak baik baik saja bu, oleh karena itu saya menyarankan Watson untuk membawa gadis itu kerumah sakit, menurut saya rumah sakit lebih menjamin."

Guru tersebut menganggukkan kepalanya, "Ibu harap tidak ada hal aneh yang terjadi dan semoga Amaranthine diberi kesembuhan."

"Amin."

🌸🌸🌸🌸🌸

"Kun-"

Jasmine membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Quill yang keras membuat Quill mau tidak mau menjeda ucapannya.

"Tilanak" lanjutnya.

Jasmine mengarahkan gepalan tangan kanannya kearah Quill. "Berani lo bilang hal mesum di kelas ini jangan salahin gue kalau tangan ini melayang diwajah jelek lo."

Quill hanya menggaruk kepalanya sedangkan teman kelasnya yang lain hanya memperhatikan Quill yang sepertinya ketakutan, tawa mereka lepas membuat Quill mendesah kasar.

"Jasmine pea," umpatnya pelan, ia duduk dan menelungkup kan kepalanya di lipatan tangannya.

"Kamu ya ada ada aja, emang berani nanti kalau kamu mau mukul Quill? Dilihat lihat kan kamu cewek yakin berani mukul Quill? Dia cowok loh," ledek Daisy.

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang