Assalamualaikum.Hai semua, gimana nih kabarnya? Semoga baik baik aja meskipun lagi dalam pandemi, jangan lupa jaga kesehatan dan lakukan protokol kesehatan ya.
Oiya, mau ngasih tau. Di part sebelumnya Daisy dan Watson ketemu terus dan Daisy selalu lupakan? Pasti kalian kesel, lah kok bisa lupasih, kok diulang ulang terus sih cerita, dan banyak lagi pastinya, jujur aja sih aku juga kesel heheheh.
Tapi itu salah satu sifat Daisy, pelupa. Jadi Daisy itu pelupa jadi harap maklum di part sebelumnya, semoga masih suka baca dan pantau cerita aku dan sabar nunggu part selanjutnya, tetap dukung cerita Daisy semoga ceritanya kalian suka.
Happy reading ya( ◜‿◝ )♡
🌼🌼🌼🌼🌼"Beneran mau sekolah? Udah mendingan emang gak pusing?" Daisy tersenyum mendengar ucapan sang kakak.
"Daisy udah gapapa mbak, yaudah pak, buk, mbak dan kamu jagoan kakak, kakak berangkat sekolah dulu biar pinter." ucap Daisy.
"Yaudah, hati hati nak apa mau bapak anterin?"
Daisy menggelengkan kepalanya, "Gak usah pak Daisy kuat kok tenang aja."
"Yaudah sana berangkat keburu kamu telat." Daisy menganggukkan kepalanya mendengarkan ucapan ibunya.
"Semangat belajarnya kakak." Daisy tertawa kecil mendengar ucapan sang adik.
"Yaudah Daisy pamit, assalamualaikum semua."
"Waalaikumsalam." ucap mereka serempak.
Seperti biasa Daisy mengambil sepedanya dan mengayuh sepedanya menuju sekolah dimana dirinya menuntut ilmu.
🌼🌼🌼🌼🌼
Bel sudah berbunyi dua puluh detik yang lalu, Jasmine menghitungnya. Katanya dirinya ingin tau seberapa lelet dirinya membereskan alat tulisnya, memang sih hal tersebut merupakan hal yang tidak berguna tapi sudahlah biarkan Jasmine dengan pemikiran dan kelakuannya yang, tidak jelas."Kuy dah kantin."
Daisy dan Edelweis berdiri dari kursinya dan berjalan kearah Jasmine yang sudah berdiri di depan pintu kelasnya, yang pasti dirinya sedang menunggu keduanya.
"Kenapa kantin rame sih ah kesel gue, gak enak yaAllah desak desak buat ngantri. Iya kalau bau badan mereka wangi lah ini baunya astaghfirullah banget tabahkan hati hambamu ini yaAllah."
Kalian pasti tau siapa yang mendumel seperti itu, tentunya bukan Daisy dan Edelweis karena mereka tidak akan melakukan hal konyol seperti Jasmine saat ini, mendumel dengan tangan yang ikut serta bergerak juga, dasar.
"Udahlah daripada kamu mendumel gitu gak bakal ada keajaiban tiba tiba yang awalnya rame seketika sepi. Namanya juga kantin sejuta tempat buat mereka ngisi perut kalau kamu mau sepi yaudah sana di kuburan dijamin seratus persen sepi," ucap Edelweis dengan penjelasan yang sedetail mungkin.
Sedangkan Daisy? Iya hanya bagian menyimak dari kedua temannya ini.
"Duduk dulu, tunggu bentar terus udah itu kita mesen makanan oke," keduanya menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Daisy.
Sudah lima menit mereka menunggu tapi bukannya berkurang tapi kantin malah semakin ramai membuat Jasmine kesal.
"Aish udah sini kalian mesen apa biar gue yang pesenin, gue jamin makanan segera datang gue bakal pakai jurus gue cepet."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
Random~Hallo, ini cerita aku yang ketiga dan ini masih ada kaitannya sama cerita Andreas ya, tingkyu semua😍 semoga suka ya~ Aku Daisy, Daisy aurelia najela. Aku bukan gadis kaya, aku juga bukan gadis cupu, aku bukan gadis yang berpenampilan bad dan uraka...