41. ajakan tawuran

9 1 0
                                    


PYAR...

Batu besar yang dibaluti oleh kertas kini tengah berada dihadapan mereka semua. Pecahan kaca akibat batu tersebut dilemparkan membuat semua anggota Black Wolf terpekik kaget, masalahnya mereka sedang melakukan rapat.

"Anjir, apatuh?" Tanya Sage, ia berdiri dan mengambil batu itu, karena posisinya lah yang lebih dekat dengan letak jendela disana. Untung saja pecahan kaca tidak terkena ke dirinya.

"Kertas?" Tanya Ren pada dirinya sendiri ketika batu itu telah disodorkan kearahnya.

Ia membuka kertas itu dan memberikan batu tersebut kearah Sage. Ia membuka lembar kertas itu dan membacanya.

Decakan terdengar di bibirnya, ia menyodorkan kertas itu kearah Watson yang disambut oleh pria itu.

"Bangsat! Geng Lion ngajak tawuran, besok jam empat sepulang sekolah dilapangan dekat sekolah dia." Jelas Watson.

Sage bangkit dari duduknya, ia bertepuk tangan. "Wow, wow, wow. Mereka ngajak tawuran? Di dekat kandang sendiri malah, nyari malu!"

"Gue belum cerita sama kalian semua." Ujar Watson, ia menatap kearah semua anggota inti dan anggotanya yang sedang menatap kearahnya juga. "Duduk, gue mau cerita!"

Mereka semua pun duduk di lantai sebagian juga ada yang duduk di sofa yang memang disediakan disana.

"Gue pernah dijegat sama ketua geng Lion, dia gak terima karena gue pernah hajar adeknya di sekolah waktu itu. Udah gue duga, dia gak bakal diem aja dan sekarang kalian kena imbasnya juga. Gue juga hajar ketua geng Lion habis-habisnya karena dia udah jelekin bang Ren, dia bilang kalau lo adalah pembunuh. Jelas gue gak terima jadi gue hajar dia sampek babak belur dan mungkin itu juga mereka ingin balas dendam lagi. Ajak tawuran ini, karena masalah gue semua yang gabisa kontrol emosi. Sorry!"

Ren yang berada di sebelah Watson menepuk pelan bahu pria itu.

"Lo gak salah, gue udah pernah bilang kan sama lo? Makasih, udah bela gue dan buat si bastrad bonyok." Ucap Ren yang disetujui oleh mereka semua.

Watson hanya menghela nafas kasar, ia tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.

Ren berdiri dari duduknya, ia menatap kearah mereka semua. "Mereka ngajak kita tawuran dan kita harus terima agar mereka tidak berulah semakin jauh. Gue harap besok kalian bisa bertarung dengan tangan kosong jangan bawa senjata, banci kesannya. Ngerti?!"

"Siap, ngerti!"

"Nanti gue dan anggota inti akan membuat strategi dan kalian nanti boleh pulang. Gue harap jangan ada yang kelayapan sendirian dulu, jaga orang yang kalian sayangi dan jangan ada yang keluar menggunakan jaket ataupun yang bersangkutan dengan Black Wolf. Musuh sedang mengincar, jadi harus waspada." Ujar Ren lantang.

"Siap, bang!"

"Gue harap gada penghianat disini, mereka ngajak tawuran. Jadi kita harus maju terus, pantang mundur!" Ujar Ren lantang.

Ren mengedarkan pandangannya kearah mereka semua. "BLACK WOLF!!"

"KAMI DATANG KALIAN PULANG!!" Ujar inti Black Wolf.

"DATANG, LAWAN, MENANG!!" Ujar mereka semua.

Ren tersenyum puas, kerjasama mereka memang tidak dapat diragukan lagi!

🌸🌸🌸🌸🌸

Daisy sedikit merasa risih dengan tatapan seluruh siswa disini. Sebagian dari mereka juga memberikan ucapan kepada Daisy bahwa gadis itu sangatlah hebat dan memukau pada saat acara sekolah dua hari yang lalu.

Sudah dua hari yang lalu, namun Daisy tetap merasakan hal yang sama. Dirinya dan Watson saat ini sedang gempar di sekolah dan menjadi trending topik akibat pertunjukan mereka berdua.

"Kece banget emang penampilan lo dai, padahal sebelumnya lo belum pernah sama sekali nampil nyanyi kek gini." Ujar Jasmine ketika mereka bertiga sudah sampai di kantin dan duduk disebuah meja yang kosong.

Zinnia tertawa pelan, "diam seperti cupu, bergerak menjadi suhu."

"Tepat sekali!"

Daisy hanya meringis pelan, menurutnya mereka terlalu berlebihan.

"Jangan gitu ish, malu ni aku. Kesannya cukup agresif gak sih pas penampilan dua hari yang lalu? Diluar ekspektasi, aku pikir dapat gunjingan dari mereka eh malah dapet tepukan meriah dan jadinya seheboh ini."

"Gak agresif sih menurut gue dai, wajar-wajar aja cui. Lagian kalian berdua nampilin lagu romansa ditambah Watson gak keberatan kan?" Daisy menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Jasmine.

Zinnia menopangkan dagunya ditangan yang sudah ia pangku diatas meja. "Hooh, mereka juga masih waras kali dai, yakali cuman gitu lo dapat gunjingan."

"Udah-udah, mesen mie ayam aja gimana?" Saran Daisy yang diangguki oleh keduanya.

"Boleh-boleh, gue aja yang mesen!"

Zinnia pun bangkit meninggalkan mereka berdua.

"Tau gak sih mine, aku cukup gak enak sama Amaranthine gara-gara tindakan aku pas acara sekolah. Dia kan pacaran sama Watson dan aku tau. Tapi, aku malah ngelakuin kek kemarennya itu."

Jasmine yang semula sibuk berkutat dengan handphonenya kini mendonggakkan kepalanya, ternyata gadis itu sedang scroll TikTok.

"Pasti udah dijelasin sama Watson, sans ah. Kepikiran mulu keknya lo dua hari belakangan ini, awas stress!"

"Gak mungkin lah, mulutnya!" Ujar Daisy dengan tangan yang sudah memukul pelan lengan Jasmine.

"Woi! kita gabung ya! Udah penuh tuh, disini juga masih lebar mejanya tinggal ngambil kursi lagi."

Jasmine dan Daisy melihat kebelakang mereka. Ternyata disana ada Watson dkk dengan mangkok yang sudah mereka pegang masing-masing.

"Ah iya boleh, silahkan."

Setelah mendapat persetujuan dari Daisy pun mereka berlima duduk.

"Eh, babi! Jangan ditempati kursi yang itu, tempatnya Zinnia." Ujar Jasmine sarkas pada Sage yang hendak mendaratkan bokong semoknya.

"Aelah, nih nenek lampir." Berdecak kesal, Sage pun bangkit dan berjalan kemeja lain untuk mengambil kursi yang tidak ada pemiliknya.

"Awas, panas!" Ujarnya membuat Sage kesal setengah mati.

Sage hendak duduk, namun ada saja yang membuat jengkel.

Zinnia dengan wajah tidak bersalahnya duduk dengan nampan yang ia pegang. Ia memberikan Jasmine dan Daisy mangkok mie ayam satu-satu.

"Keknya lo berdua punya dendam ke gue." Ujar Sage yang diangguki oleh Jasmine dan Zinnia.

"Yes!" Ujar mereka berdua secara serentak.

"Ck, emng gue salah apa coba?"

"Lo jelek!"

Gelak tawa terdengar mendengar ucapan Jasmine dan Zinnia. Lagi-lagi Sage dibuat kesal, mereka berdua ini sepertinya titisan mak lampir.

Sage menatap mereka berdua secara bergantian dengan tatapan tersakiti, "wah, parah sekali kalian kepada saya!"

Zinnia memutar bola matanya malas, "nyenyenye."

"Dasar bocah menye menye!" ledek sage membuat Zinnia membulatkan matanya sembari menyodorkan garpu di depan mata pria itu.

"Astaghfirullah!" Kaget Sage ketika garpu itu sudah berada tepat di depan matanya.

Zinnia tersenyum kecil, ia menarik tangannya kembali dan meletakkan garpu tersebut kedalam mangkoknya. Ia duduk dan menepuk-nepuk tangannya pelan.

"Mata lo bocah! Gua udah 18 tahun dan bocah-bocah gini gua udah bisa bikin bocah!" Sarkas Zinnia dengan telunjuk tangan kanannya yang ia sodorkan didepan wajah Sage.

Sage menatap binar, ia menarik tangan Zinnia lebih dekat lalu ia mengecupnya pelan.

"Gas sama gua!"

🌼🌼🌼SEE YOU SEMUA😍🌼🌼🌼

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang