25. kemana?

30 6 0
                                    

Hai kembali lagi.

Happy reading, semoga suka.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Serius kamu gak pernah pacaran?"

Daisy yang awalnya tengah mengaduk es tehnya menatap kearah samping, kearah suara itu berasal.

"Segitu gak percayanya ya? Apa iya aku dikira ngibul? Padahal beneran aku gak pernah pacaran."

Mara membenarkan duduknya, ia kembali menatap Daisy di sampingnya. "Ngak juga sih, cuman kaget aja kamu cantik gini gapernah pacaran," ujar Mara, ya mereka kini tengah berada di kantin.

Sedangkan kedua sahabat lebih tepatnya Jasmine mengizinkan Daisy yang hendak ingin ke kantin berdua dengan Mara mengizinkanya, sepertinya mereka membutuhkan waktu jadi Jasmine ke kantin dengan temannya yang lain. Sedangkan Edelweis? Entahlah dia tidak masuk, menurut keterangan dari wali kelas Edelweis sedang izin.

"Ngak sih, gimana ya aku lebih suka deket sama cowok di virtual," Mara mengerjitkan dahinya.

"Maksudnya?"

Daisy menepuk nepuk pahanya, "Virtual, ketemu, chattingan, melalui hp."

"Salah satu cowok yang deket kamu melalui virtual pernah nembak kamu?" Daisy menganggukkan kepalanya sembari menyedot es teh.

Mata Mara berbinar, "Terus kamu terima?" Gelengan kepala yang ia terima membuat Mara kembali tidak semangat.

"Kenapa gak diterima?"

"Bukan gimana Mara, aku gamau sakit hati apalagi kita virtual kan? Pasti jarak kita jauh dan kita gatau cowok kita disana ngapain. Dan  ternyata menurut aku virtual itu semacam jatuh cinta sama ekspektasi sendiri ya?"

Mara mengerjitkan dahinya pertanda dirinya masih bingung dengan ucapan Daisy.

"Prinsip aku jangan terlalu berharap, terkadang takdirmu hanya untuk bertemu, kenal dan berteman saja, paham gak?"

Mara menganggukkan kepalanya, "Oh paham, kamu cuman mau deket aja tanpa melibatkan perasaan sama cowok virtual apalagi sampek pacaran soalnya kamu mikirnya kalau udah jadian kamu gatau kelakuan dia gimana disana?" Daisy menganggukkan kepalanya.

"Pinter banget."

"Dunia juga tidak hanya sebatas keyboard, monitor pc dan layar smartphone mu, dunia nyata butuh diri kita sendiri," lanjut Daisy.

Mara menopangkan dagunya dengan tangan miliknya, "Tapi kamu rindu gak sama salah satu cowok virtual yang pernah deket sama kamu atau sekarang kamu lagi deket?"

"Ngak, aku udah gak deket sama siapa siapa. Bicara tentang rindu menurut aku jangan katakan lagi merindukan seseorang 'virtual'
katakan saja merindukan seseorang fatamorgana yang semu bahkan fana untuk jadi nyata."

"Bahasa kamu luas ya," puji Mara.

"Aku itu baca, kata-kata yang aku lontarkan barusan ke kamu juga hasil dari mencari wawasan baru."

"Oh paham-paham."

"Ngomong-ngomong kamu gamau makan?" Mara menggelengkan kepalanya, "Minum?" Mara kembali menggelengkan kepalanya.

"Aku gabisa makan dan minum sembarangan."

"Kok gitu?"

"Aku punya penyakit."

Daisy menatap Mara yang sedang menundukkan kepalanya, "Maaf, waktu itu aku juga pernah lihat kamu sama Watson di rumah sakit."

Mara mendongakkan kepalanya, "Oh itu, mungkin aku lagi kumat kalau ngak ya waktu mau kemoterapi,"

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang