"Are you okay?" Tanya Jasmine pada Edelweis.
Edelweis tersenyum kearah Jasmine, "I'm fine," ujarnya.
Jasmine menatap Edelweis curiga, bukan apa hanya saja, sekarang gadis di depannya ini seperti sedang menahan sakit, jelas terlihat wajahnya yang memucat dan tangan yang meremas perutnya.
"Beneran lo gapapa?" Tanyanya menyakinkan.
Edelweis menggelengkan kepalanya. "Aku gapapa, hanya maag biasa yang kambuh."
"Kalau emang ada apa apa bilang ke gue ya, jangan ragu, gue sahabat lo," ujar Jasmine dengan senyum khas miliknya, ia mengusap bahu Edelweis.
Waktu pulang sekolah sudah tiba sejak tujuh menit yang lalu, kini mereka berdua tengah duduk di halte depan sekolah untuk menunggu jemputan mereka.
Daisy, gadis itu sudah pulang akibat hanya dirinya lah yang membawa sepeda ke sekolah, sedangkan Jasmine dan Edelweis mereka memilih diantarkan dan sekarang mereka menunggu jemputan.
Mungkin Edelweis memilih diantarkan akibat apa yang dirasakannya sekarang? Mungkin, bisa jadi juga. Karena gadis itu tidak biasanya diantarkan, ya kalian tau sendiri Edelweis biasanya menaiki sepeda seperti yang dilakukan Daisy.
"Gue duluan ya, supir gue udah jemput, atau lo mau ikut gue gak?"
"Gak mine, arah rumah kita berlawanan, lagi pula bentar lagi aku udah di jemput kok."
Jasmine mengedikkkan bahunya. "Gapapa meski berlawanan arah, daripada lo nahan sakit gini," ujar Jasmine khawatir melihat wajah Edelweis yang semakin memucat.
"Udah gapapa, sana pulang kasihan supir kamu nungguin kamu daritadi. Aku gapapa, bapak aku bentar lagi sampai."
"Beneran?" Tanya Jasmine, ia tidak yakin meninggalkan Edelweis dalam keadaan seperti ini.
Edelweis tersenyum, "Cerewet, udah sana pulang. Aku gapapa, okay."
Jasmine menghela nafasnya pelan. "Yaudah kalau emang lo gapapa gue tinggal, gue pulang duluan ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Kini tinggallah Edelweis sendirian, tidak sebenarnya dirinya tidak sendiri. Ada beberapa teman seangkatannya juga yang sedang menunggu jemputan seperti dirinya. Hanya saja mereka di tempat yang berbeda, ada jarak yang lumayan jauh. Ada yang berdiri dan ada yang juga duduk seperti yang dilakukan dirinya saat ini.
Edelweis masih memegang perutnya yang semakin menjadi. Tidak biasanya dirinya merasakan sakit seperti ini, menurutnya sakit yang di deritanya sekarang semakin menjadi, tidak tidak ia harus berfikir positif.
"Yatuhan," gumam Edelweis dengan mata yang ia pejamkan dan bibir bawahnya yang ia gigit guna menahan rasa sakit yang semakin menjadi ini.
🌼🌼🌼🌼🌼
Kini Daisy sedang berada di supermarket terdekat dengan rumahnya. Setelah pulang sekolah, dirinya disuruh oleh ibunya untuk membelikan beberapa bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue. Ya ibunya akan membuat kue karena dirumahnya nanti ada pengajian.
"Tepung Terigu merek segitiga tiga kilo, Tepung Tapioka satu kilo, Telur dua kilo, Masako satu set, kecap satu botol besar dan lumayan banyak lagi hm," ucap Daisy pelan sembari mengetukkan jarinya di dagunya.
Daisy mengambil keranjang dan dengan lincah dirinya memilih bahan yang sudah tertera dalam list yang ia tulis barusan.
Dengan bersenandung kecil dirinya memilih satu persatu bahan yang dibutuhkan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
Random~Hallo, ini cerita aku yang ketiga dan ini masih ada kaitannya sama cerita Andreas ya, tingkyu semua😍 semoga suka ya~ Aku Daisy, Daisy aurelia najela. Aku bukan gadis kaya, aku juga bukan gadis cupu, aku bukan gadis yang berpenampilan bad dan uraka...