38. kepergok?

9 1 0
                                    


Di kota ini sehabis hujan
Desember yang lalu
Di kota ini dalam ruangan
Berpenyejuk udara

Kau dan wangimu
Bersanding dengan
Riuh angin di luar

Udara mana kini yang kau hirup?
Hujan di mana kini yang kau peluk?
Di mana pun kau kini
Rindu tentangmu tak pernah pergi

Alunan lagu berjudul "kota" terdengar indah dan sangat sopan sekali masuk kedalam telinga. Suara yang keluar dari bibir tipis Daisy itu sungguh mengalun indah.

"Eh!"

Daisy terlonjat kaget, ternyata di depannya ada Watson yang sedang bersender di tembok dengan tangan yang ia lipat didepan dadanya.

Daisy malu, ia yang bernyanyi dengan suara yang cukup keras itu ternyata terdengar oleh Watson. Ia kira, tidak ada orang yang bisa mendengar suaranya ini dikarenakan bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar sebelas menit yang lalu dan dirinya pulang telat karena sedang piket barusan.

Daisy yang dengan pede-nya bernyanyi sembari berjalan menjauhi kelasnya. Namun, siapa sangka? Ternyata pada saat dirinya ingin berbelok kearah kanan ada Watson yang sedang berdiri dengan tubuh yang ia senderkan taklupa matanya ikut terpejam.

Mungkin, Watson merasa terganggu dengan suaranya yang sedikit cempreng?

"Kamu denger semuanya?"

"Not bad."

Bukannya menjawab pertanyaan dari Daisy namun Watson malah mengatakan hal lain.

Aish, Daisy malu sekali. Ia akan mencatat dengan rapi di otaknya, ia tidak akan bernyanyi lagi sembari berjalan di kawasan sekolah, catat itu.

"YaAllah, malu banget." Cicit Daisy yang di dengar oleh Watson.

Watson menegakkan tubuhnya. "Kenapa malu? Suara lo bagus, ikut ekstrakulikuler musik? Jadi vokalis?"

"Ah? Yakali, mana ada. Suara kayak burung kejepit gini jadi vokalis, sudah di depak duluan aku."

Watson menaikkan alisnya sebelah, "jadi?"

Daisy menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia malu. Kenapa respon Watson harus seperti itu?

"Aku gak ikut ekstrakulikuler musik." Jawab Daisy pelan.

Gelak tawa terdengar membuat Daisy menatap Watson yang sedang tertawa membuat matanya sedikit menyipit.

"Kalau kata Al-Qur'an sih, nikmat mana yang engkau dustakan."

"Sans, Daisy. Gue tau kok lo gak ikut ekstrakulikuler musik, karena gue ketua eskul tersebut."

"Keren, kobisa?"

Watson mengajak Daisy berbicara sembari berjalan saja.

"Bisa aja, bukan mau sombong si. Gue bisa beberapa alat musik, seperti gitar, piano, terompet, biola dan suara gue cukup bagus lah gak buruk-buruk amat. Jadi, beberapa anak ekstrakulikuler musik milih gue buat dijadikan kandidat ketuanya katanya mereka gue cakep, jadi pas banget  buat jadi ketua ekstrakulikuler musik ini, aneh emang."

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang