Daisy tidak menyangka waktu sangat cepat berjalan.Kini dirinya sudah menginjak kelas sebelas, ia senang hanya saja ia masih merasa kurang saja karena tidak ada Edelweis di sampingnya.
Namun, pertemanan mereka bertiga masih terjalin sampai sekarang. Jasmine yang semakin bobrok saja dan Zinnia yang sudah tidak merasa sungkan dan malu-malu seperti kucing lagi.
"Weh, cepat banget nih waktu? Udah pertengahan semester aja nih gue di kelas sebelas." Ujar Jasmine yang diangguki oleh Daisy.
"Iya sih, cepat banget. Keknya baru kemaren masih di kelas sepuluh, eh sekarang udah kelas sebelas aja."
Jasmine menjentikkan jarinya, ia menopang dagunya diatas tangannya.
"Gue gabut, pen jailin orang."
Daisy mencubit pelan Jasmine membuat sang empu meringis. "Jangan ngada-ngada ya kamu, usil terus." Jasmine hanya tertawa pelan.
Memang iya, semakin bertambah usia Jasmine bukannya berubah ia semakin menjadi saja. Ya, dirinya akhir-akhir ini sering sekali menjahili orang lalu tertawa keras, ntahlah sepertinya itu kebahagian Jasmine meski dengan cara yang salah.
"Oiya, gimana lo sama mas doi?"
"Yagitu mine, gak naik gak turun."
Jasmine tertawa pelan, "bahahah kasihan anak piyik gue di gantung."
"Dasar monyet." Umpat Daisy kesal.
"Terus-terus gimana dai?"
"Gatau, kak Ren juga lagi sibuk-sibuknya sama kuliah dia. Jadi yagitu, udah jarang keluar bareng mentok-mentok doang cuman saling chat aja, ya meski cuman dikit yang dibahas tiap harinya."
Just info, Daisy memang sedang dekat dengan Ren yang pernah mengantarkan dirinya pulang. Ren memang sudah lulus dan dia sedang menjadi mahasiswa di kampus Universitas Indonesia. Kedekatan mereka memang sudah bisa dikatakan cukup lama, mungkin sudah empat bulan dan tidak ada status yang jelas dari mereka.
Memang, sejak dirinya bertemu dengan Cattleya beberapa bulan yang lalu dan sejak itu juga Ren mendekati dirinya. Namun tenang saja, Daisy tidak memanfaatkan orang lain untuk melupakan orang lain.
Ren memang bukan cinta pertama dan bukan orang pertama yang pernah dekat dengan Daisy. Tapi, tenang saja. Ren adalah orang pertama yang bisa membonceng Daisy dan Daisy kenalkan secara langsung kepada ibunya. Ntahlah, ia rasa Ren sangat baik dan tak jarang pula ibunya sering menanyakan keberadaan Ren yang memang jarang kerumahnya.
"Dia gada bilang suka gitu sama lo?" Daisy menggelengkan kepalanya.
Jasmine melototkan matanya, "serius dai? Daebak-!!" ujar Jasmine sedikit heboh, ia juga menepuk tangannya.
"Kenapa si?"
"Coba ya lo pikir-pikir nih, kalian udah deket cukup lama kan? Gada status yang jelas diantara kalian, ya tau si hubungan kalian bisa dibilang lagi pdkt. But, coba nih mikir, masa iya selama itu dia gak ngajak lo pacaran kek biar jelas terus gak pernah bilang suka sama lo? Ini si patut dipertanyakan."
Daisy mengedikkan bahunya pelan. "Gatau mine, bingung. Aku juga pernah kok ngerasain yang kata kamu barusan. Ya tapi, masa iya aku nanya kamu suka gak sama aku? Mau ditaruh dimana muka aku. Ya mungkin, menurut kak Ren waktu empat bulan belum pas aja mine dan perasaan suka gak selalu diutarakan kan?"
"Gatau deh, pikiran lo positif thinking terus."
Daisy tersenyum tipis, "gak kok, aku juga sering negatif thingking mine dirumah. Jujur aja, kadang juga sempet nangis gara-gara cape sama keadaan ini. Bukan gimana si, cuman yagitu pasti kamu paham maksud aku. Aku juga pernah mikir gini, kak Ren nganggap aku sebagai calon kekasih atau hanya adik yang mau dirinya jaga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
Random~Hallo, ini cerita aku yang ketiga dan ini masih ada kaitannya sama cerita Andreas ya, tingkyu semua😍 semoga suka ya~ Aku Daisy, Daisy aurelia najela. Aku bukan gadis kaya, aku juga bukan gadis cupu, aku bukan gadis yang berpenampilan bad dan uraka...