"Kalian kemaren beneran kena tilang?"
Jasmine menganggukkan kepalanya antusias kepada Edelweis.
Edelweis menatap kearah Daisy, ia menaikkan sebelah alisnya kearah Daisy membuat Daisy mengedikkkan bahunya acuh.
Apa sesenang itu mendapat surat tilang?
"Gue sama Daisy gak pakek helm waktu mau beli seblak ceker, eh tiba tiba gue sama Daisy diberhentikan sama polisi," ujar Jasmine, "Tapi polisi itu gak muda, gak ganteng, gak kece dah, tau gak polisi kemaren kek apa?"
"Apa emang?" Tanya Edelweis.
"Badut."
Edelweis tertawa pelan mendengar ucapan Jasmine, polisi seperti badut ah dirinya ingin lihat, ingin membuktikan ucapan Jasmine, polisi seperti badut itu seperti apa.
"Kesel aku kemaren sama dia, udah dibilang pakai helm mine takut ada polisi, dia ngenyel yaudah kena tilang kemaren," ujar Daisy, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki.
Kini mereka sedang bergosip, ya lebih tepatnya Jasmine yang bercerita tentang kemaren. Mumpung waktu istirahat jadi mereka meluangkan waktu tersebut untuk bertukar cerita sembari menyantap camilan ringan yang mereka beli di kantin dan dibawa kedalam kelasnya.
"Ditambah dia ngisengin itu polisi, dibalas semua ucapan tuh polisi. Paling malunya, waktu pulang dari beli makanan itu ya, otomatis ketemu lagi dong sama itu polisi, tau gak apa yang dilakukan oleh Jasmine?" Tanya Daisy pada Edelweis, ia membiarkan Jasmine yang sudah tertawa itu.
Edelweis terkekeh pelan, "Apa emang?" Tanyanya, ia juga ingin tahu kejadian yang menimpa mereka kemaren.
"Dia dadah dong, teriak bilang makasih surat tilangnya. Ah parah, geser keknya deh otaknya, gak nyangka, parah bener," ucap Daisy sembari menggelengkan kepalanya.
Jasmine tertawa pelan, otaknya geser? Mana ada, jika otaknya geser pasti dia sekarang sedang berada di rumah sakit jiwa bukannya berada di sekolah.
Edelweis tertawa, ajaib memang Jasmine. "Pakek motornya siapa?"
Daisy menunjuk Jasmine dengan dagunya. "Motor dia, untung bukan punya aku."
"Terus, dimarahin kamu sama orang tua kamu gara gara kamu kena tilang?" Tanya Edelweis pada Jasmine yang sedang menyuapkan cireng kedalam mulutnya.
Jasmine menepuk nepuk tangannya akibat bumbu cireng yang melekat pada jari jari tangannya. "Ngak, mereka bilang lain kali pakai helm biar selamat katanya, udah sekarang ayah lagi ngurus surat tilang itu."
"Astaghfirullah," ucap mereka berdua. Edelweis dengan tawanya akibat takjub dengan Jasmine yang tidak takut dimarahi dan Daisy yang pasrah memiliki teman seperti Jasmine.
"Eh darah," ujar Jasmine pada Edelweis yang tiba tiba mengeluarkan darah.
Edelweis memegang hidungnya yang memang mengeluarkan darah, lumayan banyak. "Loh mimisan, bentar aku ada tisu," ujar Daisy, ia membuka tasnya paling depan dan mencari keberadaan tisu.
Mengambil satu lembar tisu dan diusapkannya pada hidung Edelweis.
"Mau ke uks?" Tawar Jasmine.
Edelweis menolak, ia menggelengkan kepalanya. "Mimisan aja, bisa di usap sama tisu ini."
"Loh mimisan, ke uks ayo gue anterin, kok bisa sih? Jangan gitu kepalanya cepet donggak dan jangan ngirup udara biar darahnya yang keluar gak tambah banyak, nafas pakek mulut. Sementara itu aku pencet hidung kamu biar darah gak keluar lagi," ujar temannya yang memang mengikuti ekstrakurikuler PMR.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
Random~Hallo, ini cerita aku yang ketiga dan ini masih ada kaitannya sama cerita Andreas ya, tingkyu semua😍 semoga suka ya~ Aku Daisy, Daisy aurelia najela. Aku bukan gadis kaya, aku juga bukan gadis cupu, aku bukan gadis yang berpenampilan bad dan uraka...