prang....
Daisy memejamkan matanya dengan tangan yang ia genggam erat. Tidak peduli rasa sakit pada tangannya yang sudah sangat memerah akibat terlalu genggamannya itu.
Tubuhnya kini meluruh kebawah, ia meringkuk dengan kepala yang ia benamkan kedalam lipatan kakinya. Argh, ada apa ini? Akhir-akhir ini selalu begini tanpa dirinya tau akar permasalahannya.
"Yatuhan, ada apa ini? Sakit mendengar semuanya."
~~~~
"Byah....."
Gelak tawa terdengar di penjuru depan gerbang sekolah. Ya dengan sifat jahil Oleander terhadap temannya Sage.
Sage kini seperti kucing kelaparan yang sudah tergeletak tak berdaya diatas aspal. Sage segera berdiri, ia membersihkan debu yang menempel di baju serta celananya. Lututnya terasa berdenyut, pasti tergores.
Sage menatap nyalang Oleander, dirinya berkacak pinggang meniru ibunya jika sedang marah.
Oleander melototkan matanya melihat itu membuat Sage menurunkan tanganya, ah nyalinya sekarang sudah ciut. Sage memang paling takut ketika bersama temannya jika bersama musuh beda cerita.
"Alah, barusan sok songong di pelototin sama Olen langsing ciut, badan aja gede mental yuppy."
Ucapan sarkas dari Anthony dibalas ocehan kecil dari Sage. Sage hanya bisa mengumpat saja, awas aja Oleander dirinya akan menghasut bunda Oleander untuk menjadikan Oleander kelinci agar satu spesies dengan adiknya itu, lihat saja.
"Udah lah ribut mulu, masuk."
Mereka mengikuti langkah Ren dari belakang. Watson berjalan sejajar dengan Ren sedangkan temannya di belakang yang sedang bergurau tidak jelas.
"Monyet." Umpat seseorang membuat semuanya menolehkan kearah samping kiri.
Daisy, merasa dirinya ditatap oleh seseorang pun ia mengadahkan kepalanya. Ia membulatkan matanya, malu sekali.
"Lo kenapa? Ada monyet?" Tanya Sage dengan pandangan yang mengedar ke arah samping kiri dan kanan, tidak ada monyet yang berkeliaran.
Daisy yang ditanya itupun menahan tangisnya membuat semuanya gelagapan. Oleander menggeplak kepala Sage membuat sang empu meringis.
"Kenapa nangis? Sage kan cuman nanya." Ujar Ren santai.
Daisy menggelengkan kepalanya, ia melihat kebawah membuat kelimanya juga ikut melihat kearah pandangan Daisy.
Mereka membulatkan matanya, ternyata kaki Daisy sedang tertimpa sebuah besi yang sepertinya cukup berat.
"Sakit, hua tolongin aku gabisa angkat dari tadi." Teriak Daisy dengan air mata yang sudah mengalir dari tadi.
Mereka segera bertindak, Watson memegang kaki Daisy sedangkan Ren dan Anthony mengangkat besi tersebut kemudian ia pindahkan ke pojok belakang agar tidak ada korban selanjutnya.
Oleander dan Sage ikut menghampiri mereka. "Sakit banget ya?" Tanya Sage.
Oleander mencibir, "lu diem aja, pertanyaan lu always tidak berbobot."
Watson membuka sepatu Daisy, kaki gadis tersebut sudah sangat merah kebiruan. Watson mengusap kaki Daisy membuat sang empu mengaduk kesakitan.
"Aduh, jangan di elus sakit tau gimana ih." Ujar Daisy dengan tangan yang sedikit menarik rambut Watson.
Watson cengengesan, dirinya tidak bermaksud membuat Daisy kesakitan.
Ren mengusap air mata Daisy membuat Daisy kaget, "eh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy
Random~Hallo, ini cerita aku yang ketiga dan ini masih ada kaitannya sama cerita Andreas ya, tingkyu semua😍 semoga suka ya~ Aku Daisy, Daisy aurelia najela. Aku bukan gadis kaya, aku juga bukan gadis cupu, aku bukan gadis yang berpenampilan bad dan uraka...