2. bertemu lagi

161 13 0
                                    

Assalamualaikum.

Hai bertemu lagi.

Karena sekarang aku gada kerjaan jadi aku memutuskan untuk melanjutkan cerita Daisy hehehehe.

Pembacanya masih gak berapa sih, tapi semoga yang baca cerita aku ini suka ya sama cerita aku.

Maaf ya baru bisa ngepublikasikan cerita Daisy hehheh, aku sibuk sama tugas numpuk banget ditambah ada sedikit kecelakaan hehehehe harap maklum ya.

Jangan lupa vote dan komennya.

Happy reading!!

🌼🌼🌼

"Aduh kak hati hati," rintih Daisy saat kakaknya mengurut kakinya yang keseleo tadi sore.

"Kok bisa gini sih dek?" Tanya Lily dengan tangan yang masih mengurut kaki Daisy pelan agar adiknya itu tidak merasa kesakitan.

"Ada yang gak sengaja nyerempet aku tadi sore, tapi dia udah anterin aku pulang ke rumah." Lily menganggukkan kepalanya mendengar penjelasan sang adik.

"Arhs kakak." Daisy reflek berteriak akibat Lily yang tiba tiba menarik kakinya.

Lily menahan tawanya melihat wajah sang adik. "Coba gerakin." Daisy pun menggerakkan kakinya, sudah tidak sesakit seperti tadi sore.

"Udah mendingan kak, makasih ya." Lily tersenyum dan mengacak rambut adiknya kemudian beranjak untuk meletakkan minyak urut barusan.

Daisy pun ikut beranjak dari sofa ruang tamu yang ia duduki barusan bersama sang kakak.

"Eh eh mau kemana kamu?" Lily melihat kakaknya yang sedang berjalan ke arahnya.

Daisy tersenyum, "Aku mau ke kamar kak mau ngerjain tugas aku lupa kalau aku ada pekerjaan rumah yang belum aku selesaikan."

"Perlu bantuan?"

Daisy tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Aku bisa kok kak, yaudah aku ke kamar dulu selamat malam kak mimpi indah ya."

Lily kakak Daisy hanya tersenyum menanggapi ucapan sang adik. Ia menatap sekitar rumahnya, tembok yang bercat putih dengan beberapa bagian yang mulai rusak, kursi di luar yang mulai rapuh dan atap rumah banyak yang bolong.

"Bismillah, semoga bisa merubahnya sedikit demi sedikit." Lily tersenyum dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain.

~~~~

"Yah saya gatau pak," keluh siswa perempuan.

Aish, siswi di kelasku tidak ada yang tau bermain seperti itu. Salah satunya aku, aku juga tidak tau bermain seperti itu.

"Bapak tidak mau tau, kalian berlatih dulu kemudian nanti bapak nilai kalian."

Semua siswi di kelasku hanya bisa pasrah. Mereka belajar menendang dan mengoper bola, tapi ya begitu bolanya selalu meleset tidak sesuai dengan tendangan.

"Ah mana aku tau ini," kesal Edelweis sembari menendang bolanya asal.

Bola mata Daisy membulat karena sedikit demi sedikit tendangannya mulai benar. "Yey Edelweis lihat aku sudah mulai bisa walau hanya sedikit tau," ucap Daisy senang, ternyata usahanya membuahkan hasil.

Edelweis mengerucutkan bibirnya. "Ajarin aku dong dai, sebentar lagi bapak balik kesini buat ambil nilai kita lah sementara aku belum tau sama sekali."

"Pertama kamu harus niat buat belajar main bola ini, kedua kamu harus yakin kalau kamu bisa main bola, ketiga kamu berdoa sebelum berlatih, kamu berdoa semoga diberi kemudahan dan diberi agar kamu cepat paham gitu aja." Edelweis menganggukkan kepalanya mendengar tutur kata yang diucapkan Daisy.

DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang