Sudah lima hari Yuta menetap di Jepang dan selama itu pula pikiran Yuta berkecamuk belum lagi masalah kantor cabang nya yang di Indonesia selesai ia sudah disuguhkan dengan masalah yang baru, belum lagi dengan Caca yang kemarin ia dilarikan ke rumah sakit karena sempat terjatuh di tangga namun untung nya ada bunda yang selalu siaga merawat anak dan calon cucu nya.
Yuta mengambil handphone nya yang berada di atas meja berniat menelpon ibu mertua nya untuk menanyakan kabar anak istri nya.
"Halo bun, gimana keadaan Caca?" ucap nya melalui sambungan telpon dengan nada was was takut jika terjadi apa apa dengan anak dan istri nya.
"Kamu tenang aja, Caca baik baik aja sekarang dia lagi tidur setelah meminum obat" ucap bunda dengan lembut.
Yuta menghela nafas lega mendengar penuturan ibu mertua nya. Sedikit lega mendengar itu meskipun masih ada rasa khawatir yang mendominasi.
"Si kembar baik baik aja bun?" tanya nya sambil berdoa dalam hati semoga kedua anak nya yang ada dalam kandungan Caca baik baik saja.
Dari sebrang sana bunda nya tersenyum "Si kembar juga baik-baik aja, kamu jangan khawatir"
Yuta menghela nafas ia merasa bersalah, ia merasa menjadi suami yang tidak bertanggung jawab terhadap istri dan calon anaknya.
"Bun maafin Yuta, maaf belum bisa menjadi suami serta menantu yang baik, maaf bun" nada bicaranya berubah menjadi parau karena menahan tangis.
"Gapapa, bunda bisa bantu kamu untuk jaga Caca dan calon anak kalian, kamu fokus aja untuk menyelesaikan masalah nya, dan ingat jaga kesehatan ya, tugas kamu masih banyak nak" ucap nya lembut sembari menatap Caca yang tertidur pulas diatas bangsal rumah sakit.
Hati Yuta mencelos, ia sedikit lega mendengar penuturan mertua nya, ia bersyukur mendapatkan mertua sebaik beliau.
"Makasih bun, kalo ada apa apa hubungi Yuta yah bun, maaf merepotkan bunda untuk hal ini" ucap nya masih dengan nada yang sama menahan tangis nya.
"Iya gak papa nak, kalo gitu bunda tutup yah, bunda mau menebus resep obat buat Caca, kamu jaga kesehatan" ucap beliau.
"iya bunda, terimakasih" ujar Yuta kemudian mengakhiri panggilan tersebut.
Selesai menghubungi ibu mertua nya, air mata Yuta tak bisa di tahan lagi untuk tidak keluar ia sangat rindu pada perempuan yang menyandang status sebagai istrinya, ia juga rindu pada dua calon anak nya.
"Arrgghhhh" umpat Yuta berteriak meluapkan kekesalan nya sambil menonjok meja kayu dihadapan nya cukup keras dan membuat tangan nya lebam dan sedikit berdarah namun ia tidak peduli dengan keadaan nya yang ia pedulikan saat ini adalah keluarga kecil nya.
Seseorang menepuk pundak Yuta lalu ikut duduk disamping nya "Nanti malam ikut ayah, ayah mau bantu menyelesaikan urusan kantor kamu".
Yuta memandang ayahnya dari samping dengan tatapan selidik "Ayah gak lagi coba jodohin Yuta lagi kan?" tanya nya mengingat beberapa tahun yang lalu sang ayah mencoba menjodohkan nya dengan anak rekan bisnisnya.
Beliau terkekeh "Ayah masih sayang mantu dan calon cucu ayah" ucap beliau lalu pergi meninggalkan Yuta sendiri
---
Kini Caca sedang duduk bersandarkan bantal dibelakang nya "Maaf yah bun, aku jadi ngerepotin bunda" ucap nya dengan nada lirih tak berani menatap mata sang bunda.
Bunda mengelus kepala anak kesayangan nya dengan lembut "Bunda gak ngerasa direpotin tuh, tadi Yuta telpon bunda nanyain kamu. Jedanya. Ca, apapun masalah rumah tangga kalian bunda berharap tak ada kata pisah diantara kalian, bunda gak akan ikut campur masalah kalian, kalian udah sama sama dewasa dan sebentar lagi akan menjadi orang tua, dan bunda yakin Yuta punya alasan sendiri untuk tidak memberitahu kepergian nya ke Jepang. Ca, terkadang dalam hubungan rumah tangga sekalipun pasti ada rahasia yang tersimpan diantara kedua nya, namun dibalik itu mereka yang merahasiakan pasti mempunyai tujuan yang baik, mungkin itu yang dilakukan Yuta, ia lebih memilih memendam masalah nya dan menyelesaikan nya sendiri, dia tidak mau merepotkan kamu Ca apalagi sekarang kamu lagi hamil besar maka dari itu Yuta tidak mau menambah beban pikiran kamu Ca" ucap nya lembut dan memberi pengertian pada Caca.
Caca hanya diam mendengar penuturan sang bunda pikiran nya kacau ia seharusnya mengerti dengan keadaan Yuta, bunda benar mungkin Yuta tak ingin membuat dirinya terbebani dengan masalah yang sedang Yuta hadapi.
"Makasih bunda" ucap nya yang memeluk sang bunda dengan mata yang sudah berair.
---
Menjelang malam seperti yang dijanjikan sang ayah, kini Yuta sedang bersiap untuk mengikuti ayah nya yang akan membantu masalah kantor nya, namun sebelum ia berangkat ke tempat tujuan handphone nya berdering membuat Yuta malas mengangkat panggilan tersebut ia sudah mengira jika sang ayah yang menelpon, dengan langkah malas ia mengambil handphone nya diatas nakas lalu menekan tombol hijau.
Sebelum mengangkat panggilan tersebut ia menghela nafas.
"Yuta mau berangkat yah ini lagi di jal—"
"Kak".
Tubuh Yuta menegang, mata nya memerah, hatinya senang bukan main mendengar suara perempuan yang sudah lima hari ini tak ada disamping nya.
"Maafin aku kak, lima hari ini selalu menolak panggilan kamu, maaf aku gak bisa ngertiin kamu, maaf aku belum bisa menjadi istri yang baik" ucap nya terisak.
Yuta meneteskan air matanya akhir akhir ini ia menjadi laki laki yang cengeng.
"By, maaf setelah masalah aku selesai aku bakal pulang secepat nya, maaf by, maaf aku pergi tanpa pamit" ucap nya dengan nada lirih.
Caca terkekeh lalu mengusap air matanya "Aku tunggu kepulangan kamu, tolong jaga kesehatan aku masih butuh kamu untuk besarin dua malaikat kita" ucap nya sembari mengelus perut nya.
"Pasti Ca, baik baik selama aku di Jepang, jaga kesehatan dan aku masih butuh kamu untuk mendidik anak anak kita nanti" ucap Yuta dengan nada terkekeh.
"Aku tutup yah, aku ngantuk, kamu jangan keseringan bergadang yah, i love you by" ucap Caca yang langsung menutup telpon tersebut.
Yuta tersenyum senang "tunggu gue pulang yah by" ucap nya sambil menatap foto Caca yang sengaja ia jadikan wallpaper handphone nya.
Setelah menyelesaikan panggilan tersebut Yuta langsung berangkat ke tempat tujuan yang sudah di tentukan ayah nya, setelah lima belas menit perjalanan akhir nya ia sampai di tempar tujuan.
"Maaf sedikit telat" ucap nya sedikit membungkuk.
"Tidak apa apa" ucap laki laki berpostur sama dengan ayah nya yang sedang duduk disebrang nya.
Ayah Yuta berdehem "Yuta dia sahabat ayah, tuan Miyawaki dan itu anak nya bernama Sakura" ucap beliau, Yuta hanya mengganguk sebagai bentuk hormat untuk keduanya
"Saya udah denger semua masalah nya dari ayah kamu, saya akan bantu kamu untuk menyelesaikan keunagan kantor cabang kamu yang di Indonesia, saya akan berikan sebagian aset dan menunda saham di kantor kamu, itu sebagai bentuk rasa terimakasih saya terhadap ayah kamu" ucap tuan Miyawaki yang diakhiri dengan senyuman
Yuta lega mendengar penuturan sahabat ayah nya ia bersyukur masih ada harapan untuk membangkitkan kembali perusahaan tersebut
"Dan untuk masalah transaksi mencurigakan itu, Sakura mungkin bisa membantu kamu" ucap Ayah Yuta
Atensi mata Yuta dan Sakura bertemu lalu Yuta tersenyum mengangguk semoga harapan nya untuk cepat menyelesaikan masalah nya segera dikabul semesta karena ia ingin cepat kembali pada keluarga kecil nya
Kangen gak? Wkwkw
Vote dan komen yah jangan lupa ehehe
See you ❤❤❤
Mon maap kalo ada typo eheheh
KAMU SEDANG MEMBACA
Random | Nakamoto Yuta [book 2] ✔
Randommenceritakan kerandoman kehidupan Caca dan Yuta sebelum menikah dan sesudah menikah, penasaran? Baca aja yah :) Star: 14 Desember 2020 Finish: 28 April 2021 cover by: Pinterest Semua foto yang terdapat di setiap chapter itu aku dapetin di Pinterest...