Penyerangan masih terus berlanjut. Tanpa bantuan para guru, bagaimana nurid Kimberly Academy akan bertahan???
Yuk, langsung baca aja!! 😅🤗
🍃🍃🍃
Aku berhenti memakai badai tanaman gantung karena aku kelelahan. Emosi menguras banyak pikiran dan sihir ku. Aku mulai kesal dan rasanya menyebalkan sekali! Kemana pak Gio dan guru lainnya disaat ada penyerangan seperti ini.
"Kim, awas!!!".
Aku berbalik saat ada sambaran petir mengarah kearahku. Aku tidak sempat menghindar tapi malah dua anak panah melesat dari belakang ku dan mematahkan sambaran petir itu sebelum mengenai ku. Aku langsung menyerang sosok berjubah berelemen petir dengan satu serangan tombak angin yang membuatnya jatuh pingsan seketika. Aku melihat kebelakang dan melibat sosok figur berseragam biru muda dan memakai anting bintang biru yang tidak asing dimata ku. Dia menyadang tas berisi anak panah di punggungnya dan busur di tangannya.
"Echa?".
Aku menghampirinya dan bertanya kenapa dia malah keluar dari kantin. Echa menjelaskan singkat ucapan ketua asrama. Aku pun mengerti kenapa dari tadi banyak siswa kelas tiga berkeliaran ikut menyerang penyusup.
"Apa ketua tahu kenapa guru tidak ada yang keluar?".
"Dia bilang gedung putih dibawah pengaruh sihir ilusi makanya mereka gak sadar diluar sedang ada penyerangan" jawab Echa.
Setelah mendengar ucapan Echa, aku langsung berlari untuk mengecek keadaan gedung putih. Echa meneriaki ku namun aku tidak menanggapinya. Akhirnya Echa mengikuti untuk pergi ke gedung putih.
Ada banyak sosok berjubah hitam didepan gedung putih. Beberapa siswa juga sedang melawan mereka sekaligus mencoba menerobos masuk. Aku mengenal beberapa siswa yang sedang bertarung. Satu perempuan berambut emas dan satu laki-laki berambut perak dan bermata hijau. "Sia, Theo?".
Aku dan Echa masih bersembunyi dibalik puing-puing gedung. Jarak kami masih terpaut jauh dari mereka yang bertarung didepan gedung putih.
"Kim, Echa!".
Martha dan Yuri datang dan memergoki kami yang bersembunyi. Martha langsung menceramahi Echa yang keluar tiba-tiba karena ingin mencari Dan. Yuri bertanya padaku status kondisi sekarang.
"Kita gak akan bisa bertahan jika hanya mengandalkan kemampuan kita. Kita butuh para guru" ucap ku.
"Sihir ilusi nya kuat banget. Sulit dipatahkan" Komen Yuri.
"Yu, kau bisa memanipulasi gravitasi kan?"
"Bi, bisa sih" Yuri menjawab meski dia agak ragu. Yuri menatap ku heran. "Memangnya kenapa?".
"Bisa bawa aku ke atap gedung putih gak?" Aku bertanya. Martha dan Echa yang mendengar langsung menoleh kearahku. Aku berencana untuk masuk ke gedung dari atap. Aku yakin pintu belakang gedung putih juga dikepung oleh berjubah hitam. Kami sudah gak punya pilihan lain.
"Atau kau saja yang naik keatas, Yu?".
"Gak, aku gak mau! Aku kan takut ketinggian!" Yuri spontan menolak.
Kami berempat menyusun strategi sederhana bersama. Martha dan Echa akan melindungi Yuri dan aku dari musuh. Yuri akan membantu ku untuk naik keatas. Sebenarnya bisa saja aku pakai teleportasi tapi aku gak yakin sihir ilusi ini bisa dilewati dengan teleportasi. Kalo iya, seharusnya Theo dan Sia sudah bisa masuk dari tadi karena mereka pasti tahu cara teleportasi.
"Sekarang!".
Aku menyerang tumbang satu sosok berjubah kemudian berlari memimpin teman-teman ku. Echa dan Martha menyerang dan bertahan bergantian. Echa menyerang dengan panahnya dan Martha membuat shield cahaya jika ada serangan balik yang datang. Yuri sedang berfokus mengumpulkan kekuatannya pada satu titik sembari berlari dan siap untuk membuat lingkaran gravitasi kapanpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy
FantasyUPDATE based on life's schedule ^^ Latar belakang yang misteri membuat gadis itu harus bersekolah di sebuah 'akademi'. Katanya, dengan masuk ke 'akademi' itu, dia bisa membanggakan ibu angkatnya yang telah merawatnya selama ini. Akan tetapi, ternyat...