Ch. 30 - Elemen Kedua

596 78 0
                                    

Penasaran apa yang terjadi dengan Kim? Langsung baca aja! 🤗

Happy Reading!!

🍃🍃🍃

Sedangkan aku disini dalam keadaan sekarat, sebisa mungkin menggunakan penyembuhan dari elemen angin yang ku kuasai. Setiap elemen peri punya cara penyembuhan nya sendiri tapi memang elemen angin lah yang paling lamban penyembuhannya. Gak heran aku harus fokus dalam penyembuhan sekaligus menghindari serangan Shreya dan dua penjaga.

Aahhh.... ini gak seru....

Shreya mengeluh di pikiranku. Aku jengkel sendiri karena dia terus masuk kedalam pikiranku.

"Kau peri yang tangguh tapi gak punya mulut. Tahunya ngomong di pikiran orang".

Kalimatku jelas membuat Shreya semakin kesal. Aura merah perlahan muncul disekitarnya. Dia berniat untuk membakar seluruh atap gedung putih sekaligus diriku. Tapi sayang sekali aku tidak akan mati seperti itu. Takdir ku bukan untuk mati konyol didepan pengkhianat seperti Shreya.

"Berhenti!".

Kilatan petir menyambar dari belakang Shreya dan dua penjaga, membuat mereka tumbang ke lantai. Seseorang mendekati ku dan langsung merangkul seraya bertanya kondisiku. "Apa kamu terluka?".

Dasar orang aneh, disaat seperti ini dia masih memikirkan kondisi ku. Padahal seharusnya dia memikirkan dirinya sendiri kenapa bisa terjebak didalam sihir ilusi.

"Pak, kenapa lama banget?".

"Kamu pikir mudah keluar dari sihir ilusi?". Pak Gio menggerutu. "Kalo begitu, liburan semester saya akan mengajari mu sihir ilusi"

Tunggu, tunggu. Kok tiba-tiba dia menyinggung masalah pelatihan untuk liburan sih!? Ujian semester saja belum lewat.

Sudah cukup basa basinya. Pak Gio dan aku sama-sama tahu kami punya lawan nyata didepan mata kami. Tiga lawan dua, sepertinya aman-aman saja asalkan pak Gio ada bersamaku.

"Shreya, kau kemana saja?".

Seseorang mendadak muncul disamping Shreya. Sosok berjubah hitam tapi tidak menutupi wajahnya. Mata magenta nya sangat nyentrik apalagi rambutnya yang dikepang dua bewarna sama dengan matanya. Shreya menoleh dan menjawab, "Masami, kau lah yang terlambat!".

"Kau pikir aku mau? Cih menyebalkan. Aku harus melawan bocah api ingusan walau aku tak mau karena dia anak dari keluarga pemusik favoritku.".

Entah kenapa ucapan cewek magenta (atau Masami) mengingatkan ku pada Dan. Setahu ku hanya Dan dan Martha yang berasal dari keluarga pemusik hebat dan Dan adalah seorang peri api.

Masami dan Pak Gio saling melempar pandang. Kemudian aku sadar situasi disini jadi agak memanas karena kedatangan Masami.

"Wah, wah, wah... si penjaga portal, ternyata.". Masami menyambut Pak Gio.

"Siapa ini? Apel busuk buruanku muncul didepan mata. Aku jadi ingin melenyapkanmu.". ternyata, pak Gio juga bisa berbicara sedingin itu. Biasanya dia tidak pernah begitu, apalagi didepanku. Ini yang pertama.

Masami menggigit bibirnya dan menyerang Pak Gio dengan sihir hitamnya. Pak Gio dengan mudah memecah sihirnya dengan sambaran petir yang keluar dari ujung tangannya. Salah satu penjaga ikut menyerang pak Gio tapi pak Gio berhasil menyerang balik. Aku terlalu sibuk menonton sampai lupa aku punya lawan sendiri. Shreya dan penjaga lainnya menyerangku bersamaan. Aku menghindar dan menyerang balik dengan serangan asal-asalan. Aku kehabisan cara untuk melawan. Dengan kondisi tubuh seperti ini, aku harus membuat satu serangan yang melumpuhkan dua lawan didepanku, tapi serangan apa?

Kimberly AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang