Spesial Lebaran! Author bakal update 2 part!! 😄
Selamat membaca, Readers!🍃🍃🍃
Setelah registrasi ulang selesai, aku dan Pak Gio pamit untuk berpisah.
"Sampai jumpa saat sekolah, Kim" kata Pak Gio.
"Saya tak heran bapak memang guru disini" jawab ku. "Tapi... Memangnya bapak guru bidang studi apa?"
"Nanti kau tahu sendiri. Tapi aku akan masuk ke kelasmu setiap semester genap" Pak Gio mengelus puncak kepala ku dan pergi meninggalkan ku.
Aku berjalan mencari gedung dengan cat coklat, asrama ku. Aku sudah mendapat nomor kamar dan kunci asrama setelah melakukan registrasi ulang. Setelah pusing karena keliling akademi, akhirnya aku menemukannya. Gedung asrama kami berada di belakang akademi.
Aku melangkah masuk dan menggiring koperku. Aku hanya membawa koper kecil dan ransel sekolah. Menurut penuturan Pak Gio sih kebutuhan kami sudah disediakan disini. Apalagi pak Gio membantuku mendaftar lewat jalur beasiswa, aku akan mendapatkan uang saku tiap bulannya selama di akademi.
Gedung asrama yang ada disini parah sekali. Disini tidak ada lift nya, cuma tangga. Aku memeriksa nomor kamar di secarik kertas yang panitia registrasi berikan tadi. Lantai empat dengan kamar no. 405. Bagus, pikir ku. Aku harus menggiring koper ini dan menaiki tangga sampai lantai empat."Capeekkkk"
Akhirnya aku sampai di lantai empat. Padahal aku seorang peri, tapi kenapa aku tidak melakukan nya dengan praktis, ya? Kenapa aku tidak pakai mantra teleport? Aku lupa pak Gio sudah mengajari ku mantra itu tapi aku tidak menggunakan nya. Tapi ya sudahlah, toh sekarang sudah hampir sampai.
Aku melihat kamar dengan pintu bernomor 405. Sepertinya memang ini kamarnya. Aku mencoba membuka pintunya. Terkunci. Aku memakai kunci yang diberikan dan cocok. Aku memutar kenop pintu dan melangkah masuk.
Tidak ada orang yang menyambut selamat datang untuk ku. Wajar saja, aku kan memang datang terlalu awal, pikir ku.
"I-ini kamar nya?" Ucapku kaget.
Daripada kamar, ruangan ini terlihat seperti apartemen. Dan ini merupakan satu apartemen yang cukup mewah. Ada sofa dan meja lengkap dengan televisi dan DVD. Ada rak untuk beberapa buku bacaan dan meja makan untuk empat orang menghadap beranda kecil. Aku bertanya-tanya ini asrama atau hotel. Apa mereka memang menyediakan televisi disetiap kamar? Bukannya itu bisa mengganggu pelajaran, ya?
Lalu ada koridor kecil di samping kiri pintu masuk. Saat aku masuk ke koridor, ada dua pasang pintu yang saling berseberangan di kanan dan kiri koridor. Dan disetiap pintu ada papan nama menggantung menandakan pemilik masing-masing kamar. Dua disamping kanan berwarna merah dan dua disamping kiri berwarna biru. Aku langsung mengenali dua kamar disamping kiri ini untuk laki-laki dan dua kamar disamping untuk perempuan (Oh ya, aku belum bilang ya satu kamar untuk dua laki-laki dan dua perempuan? Baiklah sekarang kalian sudah tahu).
Aku jadi ingat saat pertama kali Pak Gio mengatakan tentang kamar asrama. Aku cukup kaget bahwa laki-laki dan perempuan ada dalam satu kamar.
Ternyata cuma aku yang berpikiran aneh. Kalo tempat tidur nya terpisah begini sih kurasa aman.Aku melihat ada satu kamar berpapan nama merah bertuliskan namaku, 'K.Patricia'. Sepertinya ini kamarku.
Pintunya tidak terkunci saat aku memutar kenop pintu. Nuansa kamarnya terkesan gelap tapi elegan dengan warna dinding merah maron dan lemari pakaian dan rak buku berwarna hitam. Meja belajar bewarna biru gelap dan tempat tidur ukuran king size bewarna merah bergaris hitam.
W-O-W. Kesan pertama ku melihat kamarku. Ini bahkan lebih mewah daripada yang di rumah. Sepertinya aku akan betah disini.
Aku menutup pintu kamar ku dan langsung menyusun pakaian ku kedalam lemari. Ternyata, setengah dari lemari ku sudah berisi oleh seragam sekolah dan pakaian harian yang disediakan oleh pihak akademi. Untung saja aku tidak membawa banyak pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy
FantasyUPDATE based on life's schedule ^^ Latar belakang yang misteri membuat gadis itu harus bersekolah di sebuah 'akademi'. Katanya, dengan masuk ke 'akademi' itu, dia bisa membanggakan ibu angkatnya yang telah merawatnya selama ini. Akan tetapi, ternyat...