Badanku rasanya sangat lemah.
Aku berbaring diatas sesuatu yang empuk. Kasur, ya?
Aku ingin membuka mata tapi sebagian besar tenagaku terkuras banyak.
Memangnya terakhir kali aku ngapain?
Aku ada di hutan dan melihat dua orang saling menolong disana.
Tapi kenapa sekarang aku ada diatas kasur, ya?
Apa yang tadi itu mimpi?
Aku berusaha membuka mata sebanyak tenaga yang ku punya.
Cahaya putih mengaburkan pandanganku namun perlahan normal kembali. Aku melihat tirai hijau pembatas disekeliling tempat tidurku. Dari model ruangan ku sih, kayaknya aku ada di kamar pasien.
"Hooaammm...."
Aku menoleh ke kiri dan melihat seorang cowok tidur duduk disamping tempat tidurku. Ia bersandar di kursi dengam wajah menunduk dan melipat tangan didada. Aku tahu siapa dia dan dia terlihat sangat kelelahan.
Tubuhku sangat lemas bahkan untuk duduk tapi...
"BIARKAN AKU MASUK!!! AKU HARUS MEMERIKSANYA!!!"
Aduh, baru juga bangun udah ada keributan diluar kamar.
"Pak, anda harus sabar. Pasien belum sadar dan masih belum bo-"
"DIA ITU ANAKKU!!! KENAPA AKU GAK BOLEH MELIHATNYA?!?!"
Pa, pak Gio?
Itu suara pak Gio, kan? Gak biasanya dia marah-marah.
"Tapi pak, tubuh pasien masih sangat sangat lemah. Bahkan setelah tiga bulan berlalu, pasien Patricia masih dalam masa koma dan belum ada perkembangan"
Tunggu! Tunggu! Aku koma?! Kok bisa?!
Seriusan aku koma tiga bulan?!!! Kenapa aku bisa koma selama itu?! Aku koma gara-gara apa?!! Aku gak ingat apapun selain kejadian di hutan sihir. Rasanya malah aku ada di hutan sihir lalu diangkut ke sini. Aku merasa mimpi itu sangat lah nyata seakan pernah mengalaminya.
Ah, ngaco. Pikiranku masih kacau karena baru sadar dari koma,ya.
"Pak, anda tii-"
"LEPASKAN!!! AKU CUMA MAU MELIHAT KIM!!"
BRAAKK!!!
Pak Gio membanting pintu kamar rawatku dan Theo yang tidur tersentak terbangun saat itu juga. Dia menoleh pada pak Gio sedangkan pak Gio melihat kearahku. Bisa kulihat dia berdiri diambang pintu. Pak Gio memasang raut wajah sedih melihat kondisiku yang parah dimatanya.
Perawat berbaju putih yang dibelakangnya kaget melihat aku sudah sadar. Ia berlari histeris keluar dan berteriak memanggil "dokter! dokter!"
Pak Gio menghampiri ranjangku dan langsung memelukku yang terbaring lemah. Dia memelukku hangat meski aku nggak punya tenaga untuk mengangkat tangan dan membalas pelukannya.
"Bodoh..." bisik pak Gio. "Aku harus bilang apa pada Dhea nanti? Guru-guru di sekolah malah merahasiakan kecelakaanmu dan baru tiga bulan aku mengetahui nya"
"Jika... kau.. lapor... aneh... mamah... kau... ku bunuh" dengan tenaga yang sedikit aku berbicara terputus putus.
"Ssstttt...."
Pak Gio melepas pelukannya dan menatap sinis Theo yang masih kaget melihat aku baru saja sadar dari koma.
"Kau yang menjaganya?"
"Theo, teman sekamar"
"Aku tahu kau. Kau yang bersama Kim malam malam di bumi waktu itu kan?" Pak Gio menunjuk Theo. "Sekarang kau ada disini seolah mengikutinya. Kim celaka dua kali saat ada dirimu. Kau tidak merencanakan hal yang buruk kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy
FantasyUPDATE based on life's schedule ^^ Latar belakang yang misteri membuat gadis itu harus bersekolah di sebuah 'akademi'. Katanya, dengan masuk ke 'akademi' itu, dia bisa membanggakan ibu angkatnya yang telah merawatnya selama ini. Akan tetapi, ternyat...