Uurrgghhh... kepalaku sakit sekali. Apa yang sudah terjadi? Yang ku ingat adalah aku mendengar seorang wanita berambut magenta mengatai buruk tentang aku dan pak Gio. Tapi kenapa, ya? Kenapa aku jadi marah saat mengingatnya kembali? Lagian wanita berambut magenta itu bilang apa? Aku tidak ingat perkataannya tapi kejadian itu membuatku semakin marah saat diingat.
Aku mengerdipkan mata berkali-kali sampai akhirnya aku bisa membuka mataku lebar-lebar. Aku menatap langit ruangan yang putih dan penuh dengan tempelan poster buatan tangan. Aku tahu semua poster itu buatanku dan hanya ada satu tempat yang ku tahu ada barang seperti itu di langit ruangan, yaitu kamarku.
Aku terbaring didalam kamar, kok bisa ya?
Aku mencoba untuk duduk tapi bagian belakang kepalaku berdenyut dan sakit. Aku berusaha untuk tetap kuat. Kulihat sekeliling yang memang benar aku ada didalam kamarku. Tapi ini aneh. Aku sudah berbalut selimut kenapa masih dingin sekali, ya?
Dadaku rasanya sesak. Napasku pendek dan berpacu seperti habis berlari. Aduh, tolonglah. Jangan lagi.
Asma ku jelas mau kambuh lagi. Inhaler, dimana inhaler ku?Aku meraih tepi ranjang dan memeriksa nakas samping ranjang. Tidak ada inhaler didalamnya. Aku melihat kesekeliling, ternyata inhaler ku ada diatas meja belajar. Aku harus bangun untuk mengambilnya.
Aku keluar dari selimut tapi ternyata udara didalam kamar lebih dingin dari dugaanku. Aku bahkan jalan terhuyung-huyung sampai tersandung kaki sendiri. Aku tidak punya tenaga untuk berdiri. Aku merangkak untuk sampai ke meja belajar. Lantai kamar juga terlalu dingin. Tidak, napasku ... napasku ...
Aku menahan rasa sakit didadaku. Aku tidak kuat bahkan untuk mengambil inhaler ku. Sakit, sakit sekali rasanya ...
"Theo, kau dari mana saja?"
Ada suara diluar kamar. Itu suara... Dan?
"Aku membawa kari hangat dari kantin untuk Kim" dan itu suara Theo.
"Tapi bukannya dia belum sadar? Kau juga harus istirahat. Kau belum tidur tiga hari".
Tidak, Dan. Aku sudah sadar. Tolong aku, masuk ke kamar. Aku butuh bantuan kalian.
"Kalo dia belum sadar juga, ya aku akan makan sendiri karinya.".
Cklek.
Terdengar suara pintu yang dibuka. Aku berbalik menghadap pintu kamar dan melihat Theo yang memasuki kamarku. Mata kami bertatapan sesaat dan aku tersenyum padanya ditengah rasa sakitku.
"KIIMMM!!!".
Theo melempar barang yang dibawa di tangannya dan masuk menghampiri ku. Dan yang mendengar Theo berteriak ikut masuk dan kaget melihat ku.
Theo meletakkan ku di pangkuan nya. Kesadaran ku yang baru muncul kembali menghilang sedikit. Aku menahan sesak napas didadaku dan menarik-narik kaos Theo. "Me..ja..".
Theo melihat kearah mataku memandang. Dia langsung menyuruh Dan mengambil inhaler yang ada diatas meja belajarku. "Ambilkan itu!".
Dan hanya menurut dan mengambilkannya untuk Theo. Theo membantu ku memakai inhaler ku. Sesak napasku hampir gak ketolong. Tapi mendengar Theo yang terus berbisik memohon membuatku meneteskan air mata.
"Bernapaslah... bernapaslah, Kim.. kumohon..".
Tatapannya jelas kelihatan bahwa dia sangat, sangat khawatir. Apa aku lah orang yang membuat Theo sangat khawatir?
Setelah beberapa menit, asma ku perlahan mereda. Aku bernapas kembali normal. Theo menggendong ku kembali ke kasur. Aku kaget juga malu tapi tidak berdaya selain pasrah. Theo memakaikan ku selimut dan duduk disamping ranjangku. "Haaahh... kau buat umurku berkurang setengah abad".
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly Academy
FantasyUPDATE based on life's schedule ^^ Latar belakang yang misteri membuat gadis itu harus bersekolah di sebuah 'akademi'. Katanya, dengan masuk ke 'akademi' itu, dia bisa membanggakan ibu angkatnya yang telah merawatnya selama ini. Akan tetapi, ternyat...