Ch. 10 - Who's there?

749 87 3
                                    

Welcome back, Readers!!😁
Kali ini udah masuk chapter 10! Author senang bukan main nih (lebay banget ya kan?)
Udah, udah. Mending lanjut aja bacanya.

Happy Reading!!!

🍃🍃🍃

Musim gugur telah tiba. Seragam kami menjadi lebih tebal dengan sweater musim gugur akademi. Aku pakai rok silver kotak-kotak hitam dan kemeja lengan panjang dengan sweater hitam dan sepatu silver.

Aku tahu seragam akan menyesuaikan dirinya sesuai kekuatan pemilik dan musim tahunan. Tapi anehnya sebelum musim gugur, warna seragamku adalah silver dan merah. Tapi seragam musim gugur ini malah silver dan hitam.

Aku keluar dari kamar. Kebetulan Echa juga keluar dari kamarnya.

"Sudah baikan? Yakin langsung mau masuk kelas?" Tanya Echa.

"Yaaa rasanya aku tertinggal pelajaran cukup lama, pasti bakal menumpuk" jawabku. "Niatnya sih aku mau cicil sebelum UTS"

Echa memandang beda seragamku. Aku pun juga sama. Masalahnya adalah ku lihat sweater Echa bewarna biru muda sama seperti warna dasar roknya. Aku juga baru sadar motif kotak rok Echa selalu hitam. Miliknya berbeda denganku yang dulunya sempat bermotif kotak merah sekarang bermotif kotak hitam normal.

"Bukannya sweater mu harusnya silver ya?" Tanya Echa menunjuk sweater ku.

"Ini sweater dari rumah. Sweater sekolah agak kecil jadi aku pakai ini dan pin logo sekolah ku pakai di swater ini"

Entah kenapa mulutku malah beralasan yang nggak-nggak. Udah jelas gak mungkin seragam sekolah ukurannya salah karena seragam sekolah disihir untuk dipakai SESUAI dengan muridnya. Jadi nggak mungkin kekecilan. Namun, lain hal nya soal warna seragam. Aku juga gak tahu kenapa warnanya bisa beda begini, tapi lebih baik aku gak bilang pada Echa, takutnya dia kepo.

"Lapor aja ke pengurus asrama. Bisa aja sihir pada seragammu bermasalah dan harus ganti seragam" Echa memberi usul seiring kami berjalan keluar kamar dan mengunci pintu.

"Makasih sarannya, nanti aku lapor deh"

🍃🍃🍃

Kami punya istirahat tiga puluh menit sebelum masuk ke pelajaran berikutnya. Pelajaran di kelasku setelah ini adalah kelas sihir dasar dan lagi-lagi harus bertemu Mr. Retto. Dengan sifat killernya, aku nggak mau membayangkan skenario terburuk yang akan terjadi padaku didalam kelas.

Aku menyendiri di bangku taman, menyiapkan mental sebelum masuk ke kelas yang paling mengerikan. Semilir angin lembut menerpa wajahku. Sudah lama aku tidak merasakan ketenangan ini.

"Boleh aku duduk disini?"
Aku menoleh dan kulihat salah satu dari si Kembar Dy berdiri disampingku.
Si kembar Dy anggota kelas sihir. Mereka berdua sama sama peri petir dan cowok yang cukup ganteng di sekolah. Gak heran nama kembar Dy telah menyebar ke seluruh akademi.

"Kamu... Dylan atau Dyego?"

"Aku Dylan, kok. Kakakku masih ada urusan di perpus jadi aku mau jalan jalan sendiri" jawabnya santai.

Kami mengobrol santai dan Dylan sama sekali gak keberatan meladeni semua pertanyaanku.

"UTS sekitaran dua minggu lagi. Kau yakin udah pulih dari siuman?"

Aku mengangguk. Dia bertanya karena dia juga hadir saat acara kejutan kepulanganku dari RS beberapa hari yang lalu. "Mau gak mau aku harus siap"

"Tapi Dylan... kok kalian tahu aku sakit? Kan yang tahu cuma anak kelas satu Alvazetta. Kok bisa sampai ke Garanyum?"

Kimberly AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang