Ch. 2.2 - Aku ini... Apa?

1K 112 1
                                    

Huaa... author lupa update kemarin. Maaf maaf 😖
Silahkan deh dilanjutkan
Selamat membaca!
📖📖📖

🍃🍃🍃

Jalanan kecil didaerah ku selalu sepi dan sunyi setiap malam. Beberapa lampu jalan masih belum diperbaiki sehingga jalanan terlihat gelap. Tidak, ini memang gelap.

Aku terus berjalan tapi tak tahu mau kemana. Aku juga gak berpikir untuk pergi ke suatu tempat karena aku keluar untuk mendinginkan kepalaku.

Pak Gio berkali-kali menghubungi ponselku menimbulkan kebisingan dari nada dering panggilan. Lebih baik aku mematikan ponsel ku saja daripada emosiku semakin kacau.

Aku sendirian di jalan. Tidak ada motor atau mobil yang melintas. Di jalan ini juga tak ada angkutan umum yang lewat. Jalanan juga sepi dari pejalan kaki seperti ku. Disini benar-benar sepi.

Bukankah itu lebih baik karena hanya tinggal Kau dan aku?

"Eh?" aku merasa aku mendengar suara orang berbicara. Tapi.... Tidak ada siapapun disekitarku. Suara tadi membuat ku kaget sekaligus panik. Aku bahkan sampai tak sadar ada seseorang berjubah hitam panjang didepanku.

Tunggu dulu. Bukannya aku sendirian disini? Sejak kapan dia berdiri disana?

Kaget? Aku juga. Entah kenapa kau yang terkutuk itu masih bisa hidup disini.

"Terkutuk? Apa maksudmu?" ucapku kesal. Suaranya seperti ada dalam pikiranku. Aku merasa hal buruk akan terjadi. Aku.... Harus lari.

Hah!! Percuma. Kau tak bisa lari dari ku! Lagipula, kau lah si buruk itu!!

Apa? Aku tidak mengatakan apapun saat aku ingin lari dari sini. Dia seolah mengetahui apa yang ku pikirkan. Dia...

Benar. Aku bisa membaca pikiran mu. Kaget, ya?

Apa maumu? Tanya ku pada dia yang sudah gila itu. Tapi yang ku dengar di kepala ku adalah tawanya yang membuatku pusing.

Sederhana saja. Katanya....

BLAARRR!!!!!

Seketika ada bola api mengarah pada ku. Aku terlanjur kaget dan menerima serangan itu tiba-tiba. Punggung ku sakit karena aku terseret ke belakang.
Satu hal yang ku mau darimu. Ditengah penglihatan malam, aku melihat jubahnya yang seolah terbakar oleh api. Jarakku sudah cukup jauh akibat terlempar tapi dia tidak maju selangkahpun. Apakah itu jubah anti api? Sepertinya aku mau satu.

Mati saja!

"AARRGGHHHH!!!!!"

Lagi lagi aku menerima serangan itu tanpa melindungi diri. Jaket ku terbakar dan membuat ku harus melepas nya. Aku merasa kepanasan oleh suhu apinya tapi tidak merasakan panasnya membakar kulitku.

Apa yang terjadi padaku?

Cih. Dasar blasteran.

Aku tahu dia akan menyerangku kembali. Tapi aku harus berdiri, aku harus melawan atau bertahan. Aku tidak tahu bagaimana dia menyerang ku tapi aku tahu dia ingin membunuhku dan aku tak mau mati sia-sia.

Di kejauhan aku melihat nya meninju udara didepannya dan bola bola api kembali datang ke arahku.

Aku harus melakukan hal yang sama. Jika dia bisa menghasilkan bola api dengan meninju udara, seharusnya aku juga bisa seperti dia. Aku menutup mata dan membuka mata lagi. Aku berteriak sekeras-kerasnya dan meninju udara didepanku dengan satu tangan.

DUAAARRR!!!!!

"AKH!" Aku terlempar kebelakang. Lagi. Tapi hei, bola api itu tidak mengenai ku. Saat aku melihat kedepan, sebuah bola hitam besar melaju dan... BLAARRR!!!! Bola hitam besar itu melenyapkan bola-bola apinya!! Sesaat setelah itu, bola hitam besar kembali hilang di udara sebelum sempat mengenai si orang berjubah.

"Tadi itu... Apa?"gumam ku pelan. Aku bertanya-tanya apa bola hitam besar itu benar keluar dari kepalan tanganku. Tapi mungkin saja itu benar. Kenapa? Karena sekarang tangan kanan ku mati rasa setelah meninju udara kosong tadi.

Bagaimana mungkin?! Suara orang berjubah terngiang dikepala ku. Sepertinya dia kaget melihat seranganku. Bagaimana dengan ku? Tentu saja aku lebih kaget.

Baiklah. Katanya melalui pikiran. Dan lagi aku melihat jubahnya dilalap oleh api. Dan dibelakangnya keluar sesuatu yang panjang dan menari di udara. Agak aneh memang jika aku melihat makhluk mitos seperti itu sekarang dapat ku lihat sekarang ini.

"Naga api?"gumam ku yang takjub melihat naga api itu.

Naga api itu langsung bergerak kearahku. Ini gila! Bagaimana caraku menghentikannya?!

"Berlindung!" seru seseorang dan memgambil langkah maju didepanku. Dia mengulurkan kedua tangannya dan aku melihat sesuatu yang bersinar hijau terang membentuk setengah lingkaran dan perisai itu langsung menahan naga api sesaat. Naga api itu cukup besar dan bersinar hingga aku dapat melihat wajah orang yang melindungi ku ini.

Dan aku tak percaya dengan apa yang kulihat bahwa dialah yang membantu ku sekarang.

"T-Theo?" gumamku. Aku bisa melihat raut wajah Theo yang berusaha menahan naga api itu habis-habisan. Aku tak boleh diam saja. Aku harus membantunya.

Aku memikirkan sesuatu untuk menghentikan naga api itu. Lalu samar-samar ku dengar tawa jahat si berjubah yang berada jauh didepan kami dan mendadak muncul ide di kepala ku.

Aku menepuk tangan tepat kearah si berjubah dalam satu tepukan. Dan perlahan aku mendengar suara guntur di langit. Saat ku melihat keatas, langit sudah gelap dan menghujani si berjubah sesuatu berbentuk bola bola hitam kecil tanpa ia sadari.

"AARRGGHHHH!!!!!!" Aku dan Theo sontak kaget mendengar jeritannya. Perlahan naga api itu memudar dan orang berjubah itu telah lenyap dari hadapan kami.

Aku dan Theo sama-sama menarik napas berat. Aku tak tahu apa yang ku lakukan tapi semuanya menguras banyak  tenagaku. Theo juga gak kalah terlihat lelah.

"Kenapa keluar?" tanya Theo. Aku heran karena Theo langsung mengajak ku ngobrol setelah kejadian tadi.

"Ah, aku hanya car-"

"Ku bilang jangan keluar" dia memotong kalimat ku. Aku jadi teringat Theo mengatakan hal yang sama sore tadi.

"Apa kau tahu aku diikuti orang tadi?" Tanya ku balik. "Kau tahu kan, Theo? Lalu kenapa kau gak bilang aja padaku? Kenapa kau malah menyuruh ku seenaknya untuk gak keluar rumah?" ah, sikap Theo mulai membuat ku emosi. Aku harus sabar. Aku tak mau menjadikan Theo menjadi sasaran lain karena yang terjadi di rumah.

"KIIIIMMMMM!!!!"

Aku mendengar teriakan mamah dan Pak Gio dari jauh. Saat aku menoleh, mamah dan Pak Gio berlari menghampiri kami. "Maaa-"

Mamah langsung memelukku sebelum aku sempat mengucapkan namanya. Dia menangis dan terus bilang terima kasih karena aku masih selamat. Theo yang bertatap muka dengan pak Gio langsung memberi salam padanya. "Theo, apa yang kau lakukan disini?"

"Saya hanya kebetulan lewat, Pak" Jawabnya sopan. Dan ini kedua kalinya Theo menjawab lebih dari empat kata.

"Bagaimana dengan orang tadi? Kemana dia pergi?"

"Dia berbahaya" Theo kembali menjawab singkat. Sikap menyebalkan nya kembali.

“Mungkin saja ini perbuatan Black Shadow. Gak heran mereka bisa datang kesini secara personal, tapi kenapa mereka menyerang Kim?”

Mamah melepas pelukannya dan berulang kali menanyakan bagaimana keadaanku. Aku juga berulang kali menegaskan aku baik-baik saja. Mungkin.

"Jadi, Kim... Kau pasti punya pertanyaan atas apa yang terjadi, kan?" Pak Gio bertanya dan mengusik kami dengan pertanyaannya. Mamah cuma menatap ku sedangkan aku melihat kedua telapak tanganku. Theo hanya berdiri diantara kami juga melihatku. Kurasa.

"Satu saja sih" gumam ku. "Aku ini... Apa?"

🍃🍃🍃

Oke, tunggu kelanjutan nya ya.
See u next time!

Salam hangat, Anemone.⚘

Kimberly AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang