Senja menyambut kedatangan sebuah cahaya terang untuk sebuah ketulusan. Gadis itu menatap lelaki yang ia rindukan, lelaki itu lantas mengelus rambut gadisnya gemas. Dia sangat manis sekarang, dengan senyum yang terlampau indah terus ia tebarkan.
Sudah, cukup Seyna! Jangan terus menghayal.
"Ngeliatin apa?" tanya Akbar sambil duduk di samping gadis yang tengah menikmati indahnya senja sore ini.
"Akbar kemana aja?!" Seyna berseru dengan wajah merengut.
"Ngalem dong," jawab Akbar.
"Lagian kamu kemana aja sih? Tiba-tiba ngilang, kirain aku bakalan di ghosting."
Akbar terkekeh melihat raut muka Seyna, gadis itu sangat menggemaskan tapi ia juga menyebalkan.
"Alay," cibir lelaki itu.
Seyna memajukan bibir nya bak seekor bebek, ternyata gadis itu benar-benar marah.
"Bibir lo monyong banget kaya bebek," ucap Akbar pedas. "Tapi lucu juga," lanjutnya yang mana berhasil membuat pipi Seyna bersemu merah.
"Ah, Akbar bisa aja," balas Seyna sambil menabok pelan bahu Akbar.
"Ih lo ngapain sih?" tanya lelaki itu seraya menghindar.
"Eh ko pipi lo merah? Lo punya alergi ya? Emang tadi makan apa?" tanya Akbar beruntun, membuat gadis itu gelagapan.
"Akbar ngapain liat aku, hah?!" Seyna bertanya sewot, hal itu jelas saja membuat Akbar tergidik ngeri.
"Aneh," lelaki itu bergumam.
"Oke, Akbar. Sekarang jawab pertanyaan aku, kemarin kemana aja?"
"Gue ada, Sey."
"Kenapa ga nemuin aku? Katanya mau liat senja bareng."
"Anggap aja kemarin-kemarin gue yang jadi senja buat lo."
"Maksudnya?"
"Iya kan kemarin lo ga liat senja bareng gue, karena gue yang jadi senjanya."
"Oh, meski aku ga paham, aku bakalan nekat untuk paham. Tapi kamu tau ga sih? Aku kangen kaya gini sama kamu, Akbar."
Akbar tersenyum, lantas mengambil tangan gadis itu lalu menggenggamnya. "Kalo lo rindu gue, lo harus ambil wudhu, terus solat. Setelahnya ngadu deh sama Allah, tentang apa yang lo rasain saat itu. Hidup gue bukan tentang lo dan kesibukan gue ga penting, gue tau lo ga bakalan mikir kaya gini. Tapi mungkin dari sekarang, gue bakalan jarang ada waktu buat lo. Gue harap lo ngerti," ucap lelaki itu panjang lebar.
"Aku ngerti Akbar, ngerti banget. Sebenarnya aku juga tau, kamu masuk rumah sakit beberapa hari lalu. Aku maklumin kalo kamu masih belum mau terbuka sama aku, it's okay. Asal kamu tau Akbar, sesibuk apapun kamu, aku bakalan siap untuk nunggu. Asal kamu jangan pergi," balas Seyna.
Akbar mengelus tangan gadis itu, lalu menciumnya. Wangi stroberi dari tangan Seyna, menyerbak masuk ke indra penciuman Akbar.
Gadis itu menatap tak percaya kearah Akbar yang masih mencium punggung tangannya, hingga sebuah cairan kental yang mengenai kulitnya membuat Seyna kaget. Dengan sigap gadis itu menarik paksa tangannya, lalu Seyna menatap cemas kearah Akbar yang tengah mencapit hidungnya.
"Engga Akbar, lo ga boleh masuk rumah sakit lagi," lelaki itu membatin.
"Aduhh, Akbar. Kamu kenapa mimisan gitu?" tanya Seyna panik.
"M-minta tissue," pinta Akbar.
Seyna dengan panik membuka tasnya dan mengambil tissue basah serta air mineral dari dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel's [END]
General Fiction"Ma, Pa... Anak lemah ini membutuhkan kalian," Dari Muhammad Akbar Alteza untuk Mama dan Papa. Akbar. Seperti namanya, Akbar memiliki hati yang besar. Semua orang menganggapnya kuat, menilainya hebat, mereka mengira bahwa Akbar adalah jelmaan Mala...