Hari itu, Akbar datang bersama Farel ke rumah Salwa. Tak lupa membawa tas berisi keperluan yang mereka butuhkan selama di sana, wanita berbalut hijab itu tersenyum senang menyambut kedua anaknya yang akan menginap di rumahnya.
"Ummii, Farel mau tidur di rumah Ummii. Boleh kan?" tanya lelaki itu.
Salwa terkekeh, lalu mengacak rambut Farel gemas. Akbar kemudian menyalami wanita itu dan di ikuti oleh Farel.
Hari itu adalah hari pertama libur sekolah setalah ujian, alasan Akbar dan Farel bisa menginap di rumah Salwa adalah karena Mama dan Papa nya harus terbang ke Medan karena Nenek dari Mama nya sakit.
Malam pun datang, ketika mereka bertiga sedang asik bercengkrama. Tiba-tiba dua orang lelaki bertubuh besar dengan topeng yang mereka gunakan datang, mengobrak-abrik rumah Salwa. Wanita itu memeluk kedua anak nya erat di sebuah kamar setelah mereka berhasil menghindar dari mereka. Salwa, Akbar dan Farel terus berdo'a semoga pertolongan segera datang menghampiri mereka.
"Di sini gaada barang berharga, Ned," ucap salah satu dari mereka.
"Tugas kita bukan untuk ngerampok, tapi ngabisin anak Alan," jawab yang lainnya.
Salwa meneguk salivanya, takut. Lantas wanita itu semakin mempererat pelukannya, "ya Allah, tolong kami."
Merasa sudah tidak ada jalan keluar selain melarikan diri, Salwa memutuskan untuk keluar melalui jendela. Hampir saja berhasil, tapi kecerobohan Farel membuat kedua orang jahat itu mengetahui keberadaan mereka. Sebuah foto yang berisikan Salwa yang tengah menggendong Akbar kecil dan Adam yang tersenyum menatap Salwa, tanpa sengaja Farel menjatuhkan nya sehingga bingkainya pun pecah.
Diantara Akbar dan Farel, pikir wanita itu.
"Kita ga bakalan kenapa-napa, Ummii," ucap Akbar.
"Heh! Wanita cantik, serahkan anak Alan kepada kami!" ucap salah satu dari mereka.
Salwa menggeleng, "JANGAN HARAP!"
"Apa kamu mau mati?" tanya yang lainnya sambil menodongkan pisau kearah Salwa.
Salwa terus berfikir keras, jika ia mati, besar kemungkinan diantara Akbar dan Farel tidak akan ada yang selamat. Iya memang seperti itu, karena yang mereka inginkan adalah anak Alan.
"Eh, lo jangan bunuh dia. Kan gue mau jadiin dia bini," ucap lelaki yang badannya jauh lebih besar.
"Enak aja, gue yang bakalan jadiin dia bini kedua gue," balas yang lainnya.
"Lo udah punya bini, ini jatah gue!"
"Mau so jago lo?"
"Gue aduin istri lo nanti, liat aja."
"Emang lo kenal istri gue?"
"Engga sih."
"Ummii ini saatnya kitu untuk kabur," bisik Akbar pada Salwa. Tapi sial, kedua penjahat itu kembali ingat pada tugasnya.
Salwa melotot kaget, saat melihat kejadian yang sangat cepat itu. Ini terlalu cepat, bahkan membalikan telapak tangannya saja tidak secepat itu.
Farel memegang luka tusukan yang di lakukan oleh penjahat itu, lalu mengusap darah yang keluar dari sana dan tersenyum. Pandangan lelaki itu mulai memburam, hingga benar-benar hitam. Farel ambruk di hadapan Salwa, wanita itu lantas terduduk dan menaruh kepala Farel di pahanya.
"FAREL!!!!" jerit Salwa.
Bening hangat itu kini berlomba-lomba membanjiri pipi Salwa, sedangkan Akbar masih menatap tak percaya kearah Farel yang sudah terkulai lemah. Bukan kah ia yang tak di harapkan, tapi kenapa kembarannya yang menjadi korban?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel's [END]
Ficción General"Ma, Pa... Anak lemah ini membutuhkan kalian," Dari Muhammad Akbar Alteza untuk Mama dan Papa. Akbar. Seperti namanya, Akbar memiliki hati yang besar. Semua orang menganggapnya kuat, menilainya hebat, mereka mengira bahwa Akbar adalah jelmaan Mala...