Akbar |• Dua Puluh Tujuh

674 54 2
                                    

°

"Aku tidak marah, hanya saja aku yakin semuanya akan berbalik suatu saat nanti. "

°

Happy reading, guys! 🧡

~•|•~

Sinar mentari pagi diam-diam menyelinap masuk di balik celah jendela kamar Gerald. Lelaki itu sudah siap dengan wajah segarnya, sambil menunggu Akbar yang masih tertidur, Gerald dengan senyum miring merapikan rambutnya di balik pantulan cermin.

"Dasar tukang tidur. Orang tuh kalo beres solat Subuh langsung mandi, makan, terus berangkat sekolah. Lahh dia, malah tidur lagi." Gerald bermonolog seraya menunjuk Akbar dengan dagunya.

"Orang itu kalo mau ngegibah ajak orang, bukan ajak pantulan wajah. Di kira mau latihan pidato," balas Akbar denga mata yang masih tertutup setengah.

"Tu anak aneh banget. Bangun engga, nimbrung iya," ujar Gerald tanpa melirik Akbar.

"Gue udah bangun kali," balas Akbar membuat Gerald menoleh. Lelaki itu lalu berjalan mendekat, dan dengan tanpa dosanya menabok bahu Akbar yang tengah terduduk sambil mengumpulkan nyawanya. "Inget bagun juga lo," cerca Gerald seraya menyeringai.

Akbar hanya mendelik tak minat seraya menghindar, lalu dengan ekor matanya ia melirik jam yang ada di nakas. Shit! Sudah jam delapan pagi. Lelaki itu lantas menatap Gerald yang yang tengah mengambil duduk di tepi ranjang. Tega banget dia ga bangunin gue, batinnya.

Menyadari Akbar terus menatapnya, membuat Gerald menghela nafas panjang. "Ga usah ngerasa bersalah gitu. Gue lagi coba buat terbiasa di susahin sama lo," ujarnya. Membuat Akbar membuang wajah malas.

"Ga jelas banget hidupnya," gumam Akbar pelan. Sangat pelan, bahkan Gerald hanya bisa menebak gerakan bibirnya. "Btw lo ko ga sekolah?" tanya Akbar kemudian seraya menatap Gerald lagi.

"Gue mau usut tuntas kecelakaan kembaran lo," jawab Gerald di akhiri senyuman miring.

"Sama Bang Jornan ya?" tanya Akbar lagi seraya menunduk. Mendengar itu membuat halis Gerald bertaut. Bingung dan takut itu bercampur manjadi satu, bagaimanapun juga Gerald tidak ingin Akbar mengetahui percakapannya kemarin sore bersama Jornan. Karena ia yakin, itu akan melukai Akbar. "Ko lo tau?" Gerald balik bertanya, membuat Akbar mengangkat wajahnya.

"Gue nanya, bukan tau," jawab Akbar pelan tapi seolah meyakinkan Gerald.

Gerald menghembus nafas lemah sesaat, "lo tenang aja. Gue bakalan cari bukti kalo lo gaada sangkut pautnya sama kecelakaan itu," ucapnya dengan senyum tulus.

Akbar mengulum senyum tipis, senyum Gerald benar-benar menenangkan hatinya. "Percuma, Bang..." lirihnya.

"Ga ada yang ga mungkin kalo lo mau usaha," balas Gerald. Kemudian lelaki itu bangkit seraya menepuk-nepuk pahanya. "Yaudah, gue berangkat sekarang. Lo jaga diri sama rumah gue. Kalo ada tamu, bilang aja kalo di rumah ini ga ada orang."

Akbar mengangguk patuh saat mendengar pesan Gerald. Tapi tunggu, untuk kalimat terakhir itu jelas Akbar tidak menyetujuinya. "Gue juga masih orang!" ujar Akbar sewot.

"Ehehe. Gue lupa," balas Gerald seraya menyeringai.

~•|•~

"Sekarang cuma kita berdua," ucap Mario pada Reyna yang tengah menyalin tugas dari buku salah satu temannya. Gadis itu tak mengindahkan, bahkan dia terlihat acuh.

My Angel's   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang