~•|•~
"Bukan kadang, tapi memang seperti itu. Seseorang akan hadir seperti senja dengan keindahannya, lalu ia akan pergi menjadi fajar untuk orang baru. Tidak, kamu bukan senja yang akan hadir kembali saat petang menjelang malam, kamu juga bukan pelangi yang hadir setelah berjatuhannya air hujan, bukan juga fajar yang kepergiannya meninggalkan terangnya siang. Tapi kamu hanya angin, yang tidak dapat aku lihat, tapi aku bisa merasakannya."
~ Kata Ai, bukan Ilham. Lagi gabut aku tuhhh:v
HAPPY READING! 🧡
~•|•~
Siang itu di kelas 9C, tampak kelima orang itu tengah berkumpul seraya memainkan ponselnya masing-masing. Hingga suara desahan si tuyul berambut sukses mengalihkan pandang mereka.
"Ahh.... Ahhh... Ahhhh..."
Reyna yang ada di samping lelaki itu spontan menabok keras kening Mario, membuat sang empunya mengaduh seraya mengusap pelan keningnnya. "Hobby banget lo nabok gue!"
"Kan kata orang. Kalo ada orang yang kemasukan setan, tabokan cewek cantik itu paling ampuh buat ngusir si setan itu," ujar Reyna seraya tertawa.
Gelak tawa lepas mulai terdengar, tapi lelaki berjaket hitam tipis itu hanya tersenyum miring.
"Kalo emang iya, kenapa si Farel kaga pergi ya?" tanya Mario, yang mana berhasil membuat lelaki yang di sebut namanya berhenti tertawa, lalu menyorot tajam ke arah Mario. "Kan dia setannya hahahhaaha," lanjutnya.
Mereka berhenti tertawa lalu menatap bingung kearah Mario. "Jadi gini. Akbar kan sama Azura, gue sama Reyna. Nah kita ini udah double date," jelas lelaki itu. Reyna kemudian menyorot horor kearahnya, enak saja!
"Lo kira gue mau di pasangin sama lo?!" tanya gadis itu dengan suara meninggi. "Udah receh, malu-maluin, omes lagi."
"Omes? Apaan tuh?" tanya Mario bingung.
"OTAK MESUM!" jawab Reyna ngegas.
Mario mendelik. "Yang penting ganteng," ucapnya angkuh.
"Ganteng ko mengakui?" cibir Reyna tak mau kalah.
"Emang gue ganteng ko, lo nya aja terlalu buta," balas Mario.
Sebelah tangan Reyna sudah ia kepalkan, bersiap menghantam wajah so polos Mario.
"Pusing kepala gue kalo liat kalian berantem kaya gini," lerai Akbar. Tidak bohong, memang sepertinya orang sekalem Akbar tidak cocok di persatukan dengan orang banyak bacot seperti mereka.
"Tau nih, mana gue terus lagi yang jadi korbannya," Farel yang sejak tadi diam menimpali.
Reyna dan Mario saling melempar sorot tak suka. Mario yang usil, Reyna yang emosian. Sangat cocok.
"Eh, emang tadi lo liat apa sih sampe ngedesah gitu? Gelay gue dengernya," ujar Azura.
Mario kemudian menghidupkan kembali ponselnya, lalu jarinya bergerak lincah mengetikan nama seseorang di penelusuran status. "Lagi viral," ucapnya seraya menaruh ponselnya di tengah meja. Membuat mereka mendeket, melihat jelas apa yang ada di dalam vidio itu.
"Pantes aja si Mario sampe ngedesah gitu, sama vidio aja baper ternyata," sindir Reyna.
Mario menggembungkan pipi. "Kayak nya gue emang selalu salah di mata lo," lirih lelaki itu seraya mengambil kembali ponselnya. Reyna hanya mendelik tak minat sebagai balasan.
"Seorang ibu pasti selalu berdoa agar anaknya menjadi orang yang berguna. Liat nih," ucap Akbar seraya menyodorkan ponselnya. Membuat Azura mengambil ponsel Akbar dengan cepat, lalu membaca isi layarnya. "Tapi kelakuan mereka malah sebaliknya," lanjut Akbar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel's [END]
Fiksi Umum"Ma, Pa... Anak lemah ini membutuhkan kalian," Dari Muhammad Akbar Alteza untuk Mama dan Papa. Akbar. Seperti namanya, Akbar memiliki hati yang besar. Semua orang menganggapnya kuat, menilainya hebat, mereka mengira bahwa Akbar adalah jelmaan Mala...